Ahad 06 Sep 2020 07:29 WIB

Erdogan Ancam Yunani Agar Bicarakan Masalah Mediterania

Erdogan mengancam Yunani akan terima konsekuensi jika tak bicarakan Mediterania

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Turkish Presidency via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Yunani untuk memasuki pembicaraan mengenai sengketa klaim teritorial Mediterania timur. Dia mengancam Yunani jika tidak mau melakukan pembicaraan maka akan menghadapi konsekuensinya.

"Mereka akan memahami bahasa politik dan diplomasi, atau di lapangan dengan pengalaman yang menyakitkan," kata Erdogan pada upacara pembukaan rumah sakit di Istanbul, Sabtu (5/9)

Baca Juga

Ankara saat ini berhadapan dengan Yunani dan Siprus atas hak eksplorasi minyak dan gas di Mediterania timur. Semua pihak telah mengerahkan angkatan laut dan udara untuk menegaskan klaim di wilayah tersebut.

"Mereka akan memahami bahwa Turki memiliki kekuatan politik, ekonomi dan militer untuk merobek peta dan dokumen tidak bermoral yang diberlakukan," kata Erdogan.

Erdogan merujuk pada daerah yang ditandai oleh Yunani dan Siprus sebagai zona maritim ekonomi mereka. Dia menekankan bahwa Turki siap untuk setiap kemungkinan dan hasil dari masalah Mediteranian yang sedang berlangsung.

Erdogan mengatakan Turki telah berulang kali menyatakan kesediaannya untuk mencapai kesepakatan yang adil. "Kata-kata kami tulus. Masalahnya adalah mereka yang berada di hadapan kita mengabaikan hak-hak kita dan mencoba menempatkan diri mereka di atas kita," ujarnya.

Media Turki melaporkan bahwa tank-tank sedang dipindahkan menuju perbatasan Yunani. Surat kabar Cumhuriyet mengatakan 40 tank diangkut dari perbatasan Suriah ke Edirne di barat laut Turki dan memperlihatkan kendaraan lapis baja yang dimuat ke truk. Seorang pejabat militer yang berbicara tanpa menyebut nama mengatakan, pengerahan itu adalah aktivitas dari pasukan reguler dan tidak terkait dengan ketegangan dengan Yunani.

Komentar presiden muncul setelah NATO mengatakan perwira militer dari Yunani dan Turki telah memulai diskusi teknis untuk mengurangi risiko konflik bersenjata atau kecelakaan. Kedua sekutu NATO ini telah terkunci selama berminggu-minggu dalam kebuntuan masalah di Mediterania timur.

Turki mencari cadangan energi di daerah yang diklaim Yunani sebagai landas kontinennya sendiri. Ankara mengatakan berhak untuk mencari prospek di sana dan menuduh Athena mencoba mengambil bagian sumber daya laut yang tidak adil.

Simulasi pertempuran udara antara pilot pesawat tempur Yunani dan Turki telah berlipat ganda di Laut Aegea dan Mediterania timur. Sebuah fregat Turki dan Yunani bertabrakan bulan lalu, dilaporkan menyebabkan kerusakan kecil pada fregat Turki tetapi tidak ada yang terluka.

Selain Yunani, Turki menghadapi banyak lawan di Mediterania timur. Prancis, Italia, dan Uni Emirat Arab telah mengirim pasukan untuk bergabung dengan ketegangan dalam beberapa pekan terakhir. Mesir telah menandatangani kesepakatan eksplorasi energi dengan Athena untuk Mediterania.

Uni Eropa juga mengancam kemungkinan sanksi terhadap Ankara atas tindakan ilegal dalam mencari cadangan minyak di bawah laut. Pekan ini, Amerika Serikat mengumumkan akan mengurangi embargo senjata selama 33 tahun terhadap Siprus.

Pulau itu terpecah pada 1974 ketika Turki menyerbu menyusul kudeta oleh pendukung persatuan dengan Yunani. Turki adalah satu-satunya negara yang mengakui deklarasi kemerdekaan Siprus Turki dan mempertahankan lebih dari 35 ribu tentara di Siprus utara.

Krisis baru-baru ini adalah yang paling serius dalam hubungan Turki-Yunani dalam beberapa dekade. Negara bertetangga ini telah berada di ambang perang tiga kali sejak pertengahan 1970-an, termasuk sekali atas sumber daya laut di Laut Aegea.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement