Jumat 04 Sep 2020 15:14 WIB

Klaster Pabrik Bekasi Bersumber dari Ruang Merokok

Ruang merokok yang tanpa sirkulasi berpotensi lebih besar sebarkan Covid-19.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) berbincang dengan karyawan pabrik sebelum mengikuti rapid test atau tes cepat di pabrik Suzuki, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/9/2020). Sebanyak 90 karyawan mengikuti rapid test untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di kawasan industri.
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) berbincang dengan karyawan pabrik sebelum mengikuti rapid test atau tes cepat di pabrik Suzuki, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/9/2020). Sebanyak 90 karyawan mengikuti rapid test untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di kawasan industri.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Inas Widyanuratikah, Antara

Klaster pabrik di Bekasi menjadi perhatian khusus Gubernur Jawa Barat (Jabar). Penambahan jumlah kasus Covid-19 yang signifikan dari sejumlah pabrik di Bekasi menjadi alasannya.

Baca Juga

Ternyata ada satu tempat yang menjadi salah satu sumber penyebaran Covid-19 dalam klaster pabrik. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan ruang merokok bersama menjadi salah satu sumber penyebaran Covid-19 pada klaster industri di Kabupaten Bekasi.

Ia pun menginstruksikan seluruh perusahaan untuk memperbaiki sirkulasi udara di setiap ruangan. Emil, sapaan Ridwan Kamil, bahkan menganjurkan perusahaan meniadakan ruang merokok bersama.

"Ruang yang tidak berventilasi harus dibobok, dibongkar, diberikan ruang-ruang terbuka, diberi jendela. Kalau bisa, tidak ada ruang merokok lagi," kata dia saat menyampaikan keterangan resmi di Gedung Bupati Bekasi, Cikarang Pusat, Jumat (4/9).

Ridwan mengaku berdasarkan hasil temuan di lapangan, tempat merokok bersama menjadi salah satu lokasi penyebaran Covid-19. "Karena dari temuan, penyebaran itu terjadi juga di ruang merokok bersama sehingga harusnya ditiadakan," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu Emil menyatakan bahwa klaster industri yang terjadi di Kabupaten Bekasi masuk dalam tahapan sangat serius. Maka dari itu perlu penanganan secara menyeluruh.

"Hari ini saya melakukan investigasi dan koordinasi yang menghasilkan kesimpulan bahwa klaster di industri ini ternyata sangat serius sehingga kami akan mengkonsolidasikan semua, termasuk sumber daya di Pemprov pun akan dialihkan ke Bekasi selama dua pekan ke depan," katanya.

Penyebaran Covid-19 pada klaster industri sudah masuk dalam tahap sangat serius sehingga perlu penanganan khusus. Selama dua pekan Satgas Jabar akan melakukan pendampingan penuh di Kabupaten Bekasi agar mata rantai penyebaran di klaster industri segera terputus. Ridwan pun mendorong kabupaten/kota di Jabar untuk turut membantu penanganan di Bekasi.

"Alat PCR dari kabupaten/kota lain yang penggunaannya tidak maksimal, demi 'sabilulungan' (kebersamaan) Jawa Barat akan kami geser ke sini. Dua pekan ke depan akan kami monitor, mudah-mudahan hasil koordinasi ini dapat menurunkan tingkat keterpaparan," katanya.

Ridwan mengatakan berdasarkan hasil peninjauan serta koordinasi dengan para pemilik industri, protokol kesehatan sebenarnya telah diterapkan secara ketat namun ia menduga penyebaran muncul dari perilaku karyawan sepulang bekerja.

"Saya monitor protokol di tempat kerja itu sangat baik, sangat ketat. Pertanyaannya kalau sudah baik sudah ketat kenapa terjadi yang namanya keterpaparan. Salah satu stimulannya adalah pola perilaku sepulang kerja yang kurang termonitor," katanya.

Ridwan menugaskan seluruh gugus tugas di industri agar semua karyawan membuat buku harian yang berisikan aktivitas di luar jam kerja. "Jadi setiap pagi harus mengisi, dia ke mana saja sepulang kerja, dengan multiple choice lah ya biar gampang. Nanti gugus tugas yang ada di industri menganalisis pola mana dari kegiatan itu berisiko tinggi. Nah, itulah yang akan dilakukan pengetesan," ungkapnya.

Ridwan juga mendesak seluruh industri melakukan tes usap kepada seluruh karyawannya secara mandiri. Tes jangan dijadikan beban melainkan investasi untuk memastikan produktivitas tidak terhenti sedangkan tes cepat tidak direkomendasikan.

"Kalau masih memburuk kondisinya, rapid test masih kami izinkan walaupun tidak kami rekomendasikan secara umum lagi. Kami ingin PCR sebagai rujukan tes utama. Mudah-mudahan dengan langkah ini penyebaran Covid-19 dapat ditangani," ungkapnya.

Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja menekankan kepada seluruh perusahaan yang berada di kawasan industri untuk melakukan tes usap kepada pekerjanya minimal 10 persen dari jumlah pekerja yang ada di masing-masing perusahaan. "Jadi wajib melaksanakan tes usap kepada seluruh pekerja industri," katanya.

Keputusan itu berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bekasi Nomor: 440/Kep.274-Dinkes/2020, juga karena berubahnya status Kabupaten Bekasi yang kembali masuk zona merah penyebaran Covid-19 terlebih penyebaran Covid-19 di kawasan industri sudah sangat mengkhawatirkan. Saat ini, kata dia, klaster industri menjadi penyumbang terbanyak kasus Covid-19 menyusul kluster keluarga.

Misalnya saja yang terjadi di PT LG Electronic Indonesia yang mencapai 248 pegawai terpapar corona, PT NOK Indonesia sebanyak 220 pegawai dan PT Suzuki sebanyak 71 orang karyawannya.

"Ketetapan SK pembaruan itu sebagai upaya mengurangi kontak antar karyawan untuk mencegah adanya kluster baru lagi," ucapnya.

Dalam keputusan itu terdapat penambahan dan pengubahan dari poin-poin peraturan. Salah satunya dengan penambahan peraturan pada sektor perusahaan dan industri.

Eka juga mengingatkan masyarakat agar tidak mengendurkan protokol kesehatan mengingat pandemi Covid-19 ini masih belum berakhir. "Jangan anggap remeh karena wabah masih ada. Jangan lengah dan ikuti semua anjuran pemerintah. Ini merupakan tanggung jawab kita bersama," kata dia.

Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan mengingatkan bahaya merokok dan kaitannya dengan Covid-19. Erlina menyebut, perokok berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19.

Selain menurunkan sistem imun, merokok juga mendorong perilaku yang membuat virus corona lebih mudah masuk ke tubuh. "Rokok ini selain menurunkan sistem imun, juga membuat tangan kita sering menyentuh bibir," kata Erlina, dalam webinar Kampanye Nasional Disiplin Pakai Masker, Jumat (4/9).

Tangan merupakan bagian tubuh manusia yang memiliki peluang paling besar menjadi media virus corona. Sebab, tangan banyak menyentuh benda-benda di sekitar yang bisa jadi tidak bersih atau sudah terpapar virus.

Selain itu, jika seorang perokok sudah terpapar virus corona, maka kemungkinan komplikasi penyakit semakin tinggi. Seorang penyakit biasanya memiliki penyakit penurunan fungsi paru. Selain itu penyakit jantung dan kanker juga berisiko menyerang seorang perokok.

Komplikasi tersebut menyebabkan seorang perokok yang terpapar Covid-19 memiliki potensi mortalitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, ia mendorong agar perokok segera menghentikan kebiasaan merokok.

"Masa pandemi ini adalah momen yang tepat untuk kita mengimbau orang berhenti merokok," kata dia lagi.

photo
Klaster Pabrik - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement