Jumat 04 Sep 2020 00:50 WIB

Ahli Sebut Masa Karantina Covid-19 Cukup 5 Hari

Ahli asal Jerman sebut seseorang tak lagi tularkan virus setelah lima hari karantina.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Virolog Jerman sebut seseorang tak lagi tularkan virus setelah lima hari karantina (Foto: ilustrasi Covid-19)
Foto: www.freepik.com
Virolog Jerman sebut seseorang tak lagi tularkan virus setelah lima hari karantina (Foto: ilustrasi Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, HAMBERG -- Ahli virologi kenamaan asal Jerman Christian Drosten mengatakan bahwa standar masa karantina Covid-19 selama dua pekan terlalu lama. Merujuk pada studi yang ia lakukan, seseorang tidak lagi menularkan virus setelah lima hari karantina.

Hal itu ia ungkap dalam sebuah podcast yang disiarkan oleh radio Norddeutscher Rundfunk (NDR), yaitu stasiun radio dan televisi publik. Radio ini berbasis di Hamburg.

Baca Juga

“Jadi itu (lima hari) seharusnya menjadi batas masa karantina,” kata Christian Drosten yang juga menjabat sebagai Kepala Virologi di RS Charité Berlin.

Drosten menilai, masa karantina yang lebih pendek akan lebih cocok untuk masyarakat. Menurutnya, lima hari masa karantina yang dia rekomendasikan tidak boleh digunakan untuk melakukan tes Covid-19.

 

“Lakukan tes setelah karantina untuk melihat apakah orang tersebut memang terinfeksi, dan apakah orang tersebut masih bisa menularkan virus,” kata Drosten seperti dilansir dari laman Fortune pada Kamis (3/9).

Drosten juga mengemukakan masalah lain yang berkaitan dengan pandemi Covid-19, termasuk penggunaan masker dan laporan tentang orang yang terinfeksi ulang. Dia mengatakan bahwa masker cukup efektif mencegah virus yang disebarkan melalui droplet, namun tidak efektif untuk mencegah virus dalam aerosol, partikel yang lebih kecil dari droplet berukuran lebih kecil dari 5 mikron.

Dia juga menepis penelitian  di Hong Kong baru-baru ini yang menyatakan bahwa pria berusia 33 tahun yang kembali terinfeksi Covid-19 menjadi refresentasi kasus infeksi ulang pertama terhadap manusia yang terdokumentasikan. Menurut dia, kasus seperti itu masuk kategori langka yang seharusnya tidak ditafsirkan sebagai tanda buruk untuk pengembangan vaksin.

Di sisi lain, belum lama ini Menteri Kesehatan Jens Spahn Jerman menegaskan tidak akan menerapkan lockdown secara nasional untuk kedua kalinya, meski kasus Covid-19 melonjak. Menurut dia, pembatasan secara nasional tidak efektif mencegah penyebaran Covid-19. Sebelumnya pada Maret, Jerman pernah menerapkan lockdown secara nasional.

“Kami pasti tidak perlu melakukan ini secara nasional. Otoritas regional dapat menangani wabah. Kita bisa memasuki musim gugur dan musim dingin dengan percaya diri," kata Spahn.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement