Kamis 03 Sep 2020 17:32 WIB

Khofifah Bentuk Tim Pasok Makanan untuk Santri Blokagung

Pesantren Darussalam Blokagung di Banyuwangi menjadi klaster Covid-19.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjamin permakanan santri di Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi. Ponpes tersebut menjadi klaster Covid-19. 

Khofifah mengaku telah membentuk tim Food Security bagi sekitar 5.000 santri yang menjalani isolasi di area pesantren. Khofifah mengatakan, keberadaan Tim Food Security ini bertujuan untuk memantau keamanan bahan pangan, kadar gizi, hingga kalori yang terkandung di dalam setiap makanan yang akan disajikan. 

Baca Juga

"Ini menjadi penting untuk menyiapkan standard kalori, gizi, dan pastikan makanannya secure," kata Khofifah di Surabaya, Kamis (3/9).

Khofifah juga berpesan kepada tim yang dibentuk agar semua makanan yang tersaji bebas dari boraks dan formalin. Bahkan, ia meminta untuk selalu dipantau takaran gizi dan kalori di setiap sajian makanan. 

"Salah satu yang harus dilakukan saat isolasi adalah makanan sehat dan bergizi," ujar Khofifah. 

Selain menjaga suplai nutrisi, Khofifah juga kembali mengingatkan pentingnya upaya peningkatan imunitas tubuh  melalui kegiatan olahraga. "Format perawatan dengan tenaga kesehatan yang memadai, nutrisi yang cukup dan olahraga ini telah terbukti menghasilkan 100 persen kesembuhan bagi pasien RS Darurat Lapangan," kata dia.

Untuk mencukupi kebutuhan layanan medis, Pemprov Jatim juga mengirimkan 1000 APD, 7.000 masker, 30 tenaga medis, dan 15 tenaga swabber untuk memastikan santri mendapatkan layanan medis sebaik mungkin. Tenaga medis akan berperan untuk memonitor kesehatan para santri secara rutin guna memastikan kesembuhan yang optimal.

Mengenai isu adanya stigma pada beberapa wali santri, Khofifah menegaskan, terpapar Covid-19 bukan aib yang harus disembunyikan. Khofifah menyampaikan, pemeriksaan Covid-19 yang masif dilakukan ini adalah upaya yang penting untuk mencegah terjadinya keterlembatan diagnosis dan memutus mata rantai penularan.

"Kami mengimbau kepada masyarakat bahwa orang yang terpapar Covid-19 ini bukan aib. Jadi kalau terdeteksi itu tidak usah disembunyikan. Justru kalau terdeteksi lebih awal, penangannya bisa lebih maksimal dan sembuh lebih cepat," ujar Khofifah 

Namun, Khofifah masih enggan mengungkapkan jumlah pasti santri di pondok pesantren tersebut yang terjangkit virus corona. Data terakhir menyebutkan ada lebih dari 500 santri di sana yang terpapar Covid-19. Namun mungkin saja saat ini jumlahnya telah bertambah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement