Kamis 03 Sep 2020 11:33 WIB

Harga Bahan Pokok di Bandung Anjlok Akibat Daya Beli Turun

Saat ini masa panen sedang berlangsung di tingkat petani di berbagai wilayah

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andi Nur Aminah
Petani memanen sayuran sawi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Petani memanen sayuran sawi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Harga sejumlah bahan pokok seperti daging dan sayuran di Kota Bandung anjlok di masa pandemi Covid-19 akibat daya beli masyarakat yang menurun. Selain itu, saat ini masa panen sedang berlangsung di tingkat petani di berbagai wilayah sehingga stok barang berlimpah.

"Harga bahan pokok di masa pandemi trennya dari awal Agustus sampai awal September tidak terjadi lonjakan harga signfikan dan relatif stabil hanya beberapa komoditis penurunan," ujar Kabid Distribusi Perdagangan dan E-Commerce Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Meiwan, Kamis (3/9).

Baca Juga

Berdasarkan survei ke 8 pasar tradisional yang dilakukan tiap pekan, menurutnya harga cabai merah tanjung dijual sebesar Rp 26 ribu perkilogram turun dari harga sebelumnya Rp 40 ribu perkilogram. Selain itu, saat ini cabai rawit merah perkilogram sekitar Rp 27 ribu.

"Minggu pertama dan kedua Agustus harga cabai rawit merah Rp 40 ribu perkilogram, pada minggu ketiga dan keempat relatif diangka Rp 26 ribu sampai awal September. Cabai rawit merah jadi 27 ribu," katanya.

Ia melanjutkan, harga bawang merah perkilogram dari Rp 35 ribu menjadi Rp 27 ribu hingga Rp 30 ribu. Sedangkan bawang putih perkilogram stabil di harga Rp 24 hingga 26 ribu. Katanya, penurunan harga terjadi untuk komoditas jenis sayuran.

"Untuk penurunan (harga) sayur-mayur itu saat ini masa panen sehingga stok melimpah sementara permintaan itu berkurang begitu pun daya beli masyarakat sekarang menurun," katanya.

Meiwan mengatakan pada kondisi normal harga tomat perkilogram sekitar Rp 15 ribu namun saat ini hanya Rp 8 ribu. Kentang perkilogram dari harga normal Rp 18 ribu menjadi Rp 14 ribu dan harga normal mentimun dari normal Rp 12 ribu sekarang dijual Rp 7.000 hingga Rp 8.000.

Ia menambahkan, pihaknya saat ini belum dapat memastikan apakah dampak stimulus yang diberikan kepada masyarakat dari pemerintah terhadap daya beli masyarakat. "Kita belum tahu," ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement