Kamis 03 Sep 2020 00:20 WIB

MUI Kutuk Kelompok Anti-Islam yang Buat Kartun Nabi SAW

Ada beberapa alasan mengapa islamophobia terulang dari waktu ke waktu.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi
Foto: ROL/Fakhtar Khairon Lubis
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi menyampaikan bahwa MUI mengutuk keras tindakan kelompok anti Islam atau islamophobia khususnya di Benua Eropa. Hal ini disampaikan MUI menyusul rentetan kejadian di Norwegia, Swedia dan Prancis yang melukai perasaan umat Islam dunia.

Di Norwegia dan Swedia terjadi aksi merobek dan membakar Alquran. Sementara di Prancis, majalah Charlie Hebdo akan menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW. 

KH Muhyiddin berpandangan, ada beberapa alasan mengapa islamophobia terulang dari waktu ke waktu. Pertama, kelompok nasionalis, rasial dan ekstremis kulit putih di Eropa dan Amerika menganggap pertumbuhan umat Islam di Benua Biru semakin tinggi. Sehingga keberadaan umat Islam yang terus bertambah banyak dianggap akan mengancam agama lain.

Kedua, para ekstremis kulit putih ini menjadikan isu imigran sebagai kambing hitam untuk menekan pemerintah setempat. Supaya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang memproteksi benua Eropa dari imigran asing, khususnya imigran dari Timur Tengah dan Afrika.

"Karena kebanyakan para imigran tersebut beragama Islam, dan yang ketiga, karena generasi ketiga para imigran yang tinggal di Eropa ini mereka sudah bisa bersaing dengan penduduk asli bangsa Eropa," kata KH Muhyiddin kepada Republika, Rabu (2/9)

Dia menerangkan, generasi ketiga Muslim di Eropa ini banyak yang berpendidikan dan mendapatkan pekerjaan bagus. Jadi bangsa Eropa takut terhadap umat Islam karena khawatir kesempatan kerja yang ada bagi mereka diambil alih oleh masyarakat Muslim.

Aksi anti-Islam di Eropa ini, dia mengatakan, ada kaitannya dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yaitu supremasi kulit putih. Wakil Ketua Umum MUI ini juga melihat adanya kekhawatiran bangsa Eropa terhadap semakin kuatnya Turki yang dulu berkuasa di Eropa bagian timur.

"Turki yang dulu berkuasa di Eropa bagian timur sekarang semakin kuat ekonomi dan militernya, sehingga ini menjadi ancaman bagi bangsa Eropa kalau Turki kuat lagi, maka ditemukannya sumber gas di Turki itupun menimbulkan kekhawatiran bagi Eropa," ujarnya.

KH Muhyiddin mengatakan, yang dilakukan kelompok anti-Islam di Perancis memiliki tujuan untuk menyadarkan bangsa kulit putih yang berideologi supremasi kulit putih, supaya waspada kepada umat Islam. Karena mereka salah memahami agama Islam.

KH Muhyiddin juga mengingatkan, anti-Islam yang akan membuat kembali karikatur Nabi Muhammad SAW itu memang sedang memancing di air keruh. Maka MUI berpesan kepada umat Islam di Eropa jangan sampai terpancing konspirasi yang dilakukan kelompok anti-Islam.

"Kita harus berkepala dingin, jangan terpancing, kalau (kita Muslim) melakukan tindakan anarki itulah yang mereka (anti-Islam) inginkan," jelasnya.  

Pemerintah Indonesia juga diminta MUI untuk memanggil Duta Besar Perancis untuk memberikan penjelasan, karena yang dilakukan kelompok anti-Islam di Prancis akan menimbulkan gejolak. KH Muhyiddin menegaskan, penjelasan Duta Besar Perancis sangat dibutuhkan, seperti halnya penjelasan dari Duta Besar Norwegia dan Swedia karena di sana sebelumnya ada aksi menyobek dan membakar Alquran. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement