Rabu 02 Sep 2020 11:55 WIB

Angkutan Barang Jadi Sumber Utama Pendapatan KAI

Pendapatan dari angkutan barang mencapai 43 persen dari total pendapatan KAI.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menata barang yang akan dikirim melalui kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (30/3). PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI saat ini masih berusaha meningkatkan pendapatan perusahaan dengan mengoptimalkan lini bisnis angkutan barang.
Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO
Pekerja menata barang yang akan dikirim melalui kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (30/3). PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI saat ini masih berusaha meningkatkan pendapatan perusahaan dengan mengoptimalkan lini bisnis angkutan barang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI saat ini masih berusaha meningkatkan pendapatan perusahaan dengan mengoptimalkan lini bisnis angkutan barang. VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan bisnis angkutan barang saat ini menjadi sumber pendapatan utama KAI.

“Pada Semester I 2020, pendapatan dari angkutan barang mencapai 43 persen dari total pendapatan KAI,” kata Joni dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (2/9).

Baca Juga

Joni menuturkan pandemi Covid-19 yang berdampak kepada penurunan jumlah penumpang membuat KAI memaksimalkan bisnis angkutan barang. Hasilnya, kata dia, volume angkutan barang pada Agustus 2020 mencapai 3,9 juta ton.

“Angka 3,9 juta ton ini meningkat enam persen dibanding Juli 2020 sebanyak 3,7 juta ton,” tutur Joni.

Selain itu, Joni mengatakan KAI juga sudah telah melakukan penandatanganan kontrak baru dengan beberapa perusahaan untuk angkutan barang. Salah satu perusahaan tersebut yaitu angkutan batu bara.

“Hal ini tampak pada meningkatnya volume angkutan batu bara sebesar 8 persen menjadi 2,8 juta ton pad Agustus dari sebelumnya 2,7 juta ton saat Juli 2020,” jelas Joni.

Selain itu, untuk angkutan batu bara pada periode tersebut juga mencapai 72 persen dari total angkutan barang KAI atau sebanyak 2,8 juta ton. Untuk itu, Joni menilai konsumsi industri yang semakin meningkat membuat angkutan batu bara kembali stabil setelah sempat turun pada titik terendah yaitu hanya 2 juta ton pada Juni 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement