Rabu 02 Sep 2020 10:42 WIB

Smart Farming Diprediksi Jadi Masa Depan Pertanian Indonesia

Smart Farming bertujuan mengoptimasi hasil lahan pertanian dengan peralatan rnodern

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Warga menyiram tanaman
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Warga menyiram tanaman

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (FPP UMM) mengangkat obrolan tentang bertani cerdas atau yang dikenal dengan “Smart Farming” dalam kegiatan podcast. Tema ini dibahas oleh dosen Prodi Agroteknologi, Wahono yang juga dikenal sebagai pencipta teknologi drone di UMM.

Menurut Wahono, saat ini pertumbuhan produktivitas pertanian menurun. Keterbatasan lahan garapan dan perubahan iklim membutuhkan alat dan teknik pertanian yang inovatif  berbasis teknologi digital.

Smart Farming bertujuan mengoptimasi hasil pada lahan pertanian dengan peralatan modern,” kata Wahono, Selasa (1/9)

Wahono juga melihat saat ini tenaga manusia yang mau mengolah lahan persawahan semakin sedikit. Hal ini terjadi generasi milenial kurang tertarik untuk terjun langsung di lahan pertanian. Padahal kehadiran mereka dibutuhkan untuk menciptakan teknologi pertanian digital yang relevan.

“Harapannya, anak muda sudah tak malu lagi untuk mengolah lahan persawahan, sehingga bidang pertanian bisa dianggap keren,” ungkapnya.

Di kesempatan tersebut, Wahono juga membahas inovasi dronenya yang memiliki tiga fungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain Motodoro MX dan Farm Mapper yang berperan untuk memetakan lahan. Kemudian Spraying  Robot Indonesia SRI sebagai penyemprot pupuk maupun pestisida.

Menurut Wahono, SRI mampu menyemprot tanaman seluas satu hektare dalam 15 sampai 20 menit. Jika penyemprotan manual, proses ini bisa menghabiskan waktu satu hari. Bahkan, proses ini membutuhkan dua pekerja untuk menyelesaikannya.

"Lebih efektif menggunakan drone kan?” jelasnya.

Drone tidak hanya bisa memetakan potensi hasil pertanian. Inovasi ini juga dapat menggambarkan potensi hama dan penyakit pertanian. Bisa juga diaplikasikan di bidang kehutanan untuk memetakan jumlah bahkan jenis pohon di kawasan hutan.

"Bahkan di bidang pertahanan juga," ucapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement