Rabu 02 Sep 2020 00:02 WIB

Charlie Hebdo Cetak Ulang Karikatur Nabi Muhammad SAW

Pembuatan karikatur Nabi Muhammad telah memicu serangan ke Charlie Hebdo pada 2015.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Charlie Hebdo.
Foto: AP Photo / Christophe Ena, File
Charlie Hebdo.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Koran satir Perancis Charlie Hebdo mengumumkan kembali mencetak ulang edisi karikatur Nabi Muhammad SAW, Selasa (1/9). Sebelmnya edisi karitur yang sama pada 2015 telah membuat kantor media tersebut diserang pria bersenjata.

Pengumuman perilisan ulang tersebut bertepatan sebelum 13 pria dan seorang wanita yang dituduh menyediakan senjata dan logistik diadili dengan tuduhan terorisme pada Rabu (2/9).

Baca Juga

Dalam sebuah editorial pekan ini yang menyertai karikatur tersebut, surat kabar tersebut mengatakan, gambar-gambar itu memiliki sejarah dan sejarah tidak dapat ditulis ulang atau dihapus.

Direktur surat kabar dan salah satu dari sedikit staf yang selamat dari serangan 2015, Laurent Sourisseau, menyebutkan nama masing-masing korban dalam kata pengantar akan disebutkan untuk edisi minggu ini. "Jarang ada yang, lima tahun kemudian, berani menentang tuntutan yang masih begitu mendesak dari agama pada umumnya, dan beberapa pada khususnya," tulisnya.

Serangan Januari 2015 terhadap Charlie Hebdo dan memicu gelombang pembunuhan di Eropa yang diklaim oleh kelompok bersenjata ISIS. Sebanyak 17  orang tewas dalam serangan itu dengan 12 di antaranya di kantor editorial, termasuk tiga penyerangnya.

Pelaku penyerang saudara Cherif dan Said Kouachi mengklaim serangan di surat kabar itu atas nama Alqaidah.  Setelah dua hari peristiwa itu, seorang kenalan Kouchi bersaudara menyerbu supermarket halal, Amedy Coulibaly, pada malam Sabat Yahudi, mengklaim bentuk dukungan kepada ISIS. Sebanyak empat sandera meninggal dalam serangan itu.

Karikatur yang diterbitkan ulang minggu ini pertama kali dicetak pada 2006 oleh surat kabar Denmark Jyllands Posten. Charlie Hebdo pun secara teratur membuat karikatur para pemimpin agama dari berbagai agama dan menerbitkannya kembali segera setelah itu.

Kantor koran Paris ini juga pernah dibom pada 2011 dan kepemimpinan editorialnya ditempatkan di bawah perlindungan polisi. Kondisi tersebut masih berlaku sampai hari ini. Dwina Agustin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement