Selasa 01 Sep 2020 21:57 WIB

Arsitektur Moor di Masjid Ubudiah Bukit Chandan

Seni pada masjid yang bercitarasa tinggi digarap oleh arsitek berdarah Inggris.

Masjid Ubudiah di Bukit Chandan, Kuala Kangsar, Perak, Malaysia.
Foto: Blogspot.com
Masjid Ubudiah di Bukit Chandan, Kuala Kangsar, Perak, Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Malaysia memiliki sejumlah masjid yang memesona. Satu di antaranya adalah Masjid Ubudiah. Masjid yang terletak di Bukit Chandan, Kuala Kangsar, Perak, ini telah diaminkan sebagai salah satu masjid terindah di negeri jiran tersebut.

Masjid ini tampil dengan mengadopsi seni arsitektur Moor. Yakni, seni arsitektur  merujuk pada budaya yang dihasilkan oleh bangsa Moor, khilafah Muslim yang pernah menguasai Spanyol dan sebagian wilayah Afrika pada rentang abad kedelapan hingga ke-15 Masehi.

Sentuhan Moor tersebut terlihat jelas pada bagian luar masjid. Cirinya terletak pada lengkungan berbentuk tapal kuda pada bagian penghubung di antara tiang masjid. Lalu, pemakaian warna yang berselang-seling pada bagian tiang menara menjadi aksen lain yang kian menebalkan pengaruh sentuhan gaya Moor tersebut.

Adopsi lain yang juga masih kental pengaruh Moor terlihat juga pada bagian kubah masjid. Kubah masjid ini berbentuk seperti umbi bawang merah dengan ujungnya yang lancip. Kubah masjid ini terlihat begitu mencolok dengan pilihan warna kuning emas. Selain itu, peletakan kubah dan menara menjadi daya pikat lainnya.

Secara umum, masjid ini berbentuk oktagonal. Mengutip informasi dari Malaysia In History, kubah utama masjid ini berdiameter 16 kaki yang dibangun dengan rangka baja. Lalu, ketinggiannya mencapai 140 kaki. Kubah utama ini diapit oleh empat menara utama. Pada bagian ujung menara ini terdapat pula kubah yang berukuran kecil. Tinggi dari menara utama ini adalah 126 kaki.

Lalu, seperti tertulis di laman Wikipedia, kubah utama dari masjid ini dikelilingi pula oleh delapan buah menara induk dan 16 menara berukuran lebih kecil. Jumlah tersebut mencerminkan pada aturan gelaran yang ada di negeri tersebut, yakni orang besar empat, orang besar delapan, dan orang besar 16.

Sebagai penopang dari kubah berukuran kecil pada bagian menara itu, terdapat pula bentuk oktagonal. Bentuk ini menyelaraskan dengan bentuk menara yang menempel ke bagian bangunan masjid.

Tampilan seni bercitarasa tinggi ini seluruhnya digarap oleh arsitek berdarah Inggris bernama Arthur Benison Hubback. Ia adalah seorang arsitek resmi pemerintah kerajaan yang banyak melahirkan bangunan di Malaysia, termasuk di antaranya Masjid Jamik Kuala Lumpur.

Keindahan masjid ini juga dihiasi dengan material mewah. Salah satunya adalah marmer berwarna merah dan putih yang didatangkan langsung dari Italia dan Inggris. Material tersebut terdapat pada bagian dinding dalam dan lantai masjid.

Pada masa pembangunan masjid ini, bahan marmer ini sempat mengalami dua kali pengiriman. Pada pengiriman pertama, marmer-marmer tersebut sempat hancur karena adanya amuk gajah milik raja. Lalu, untuk pengiriman kedua terpaksa tertunda menyusul pecahnya Perang Dunia I yang bergolak di Eropa.

Kesan mewah lainnya juga dapat dilihat pada bagian kubah yang menggantungkan sebuah lampu kristal. Menghiasi pula bagian dalam kubah ini ornamen dekoratif yang dikemas secara teliti dan berulang. Luas dari ruang utama masjid ini berukuran 20 x 20 meter.

Langit-langit masjid yang berbentuk oktagonal itu dihiasi pula oleh bahan plester berserat. Bahan ini kabarnya dirancang secara khusus untuk masjid ini. Pembuatannya diserahkan kepada sebuah perusahaan desain bernama Bromsgrove Guild yang berada di London.

Pada bagian di bawah atap ini terdapat pula jendela yang terbuat dari kaca. Kaca-kaca ini mengikuti pola bentuk setengah lingkaran. Posisinya berada di setiap sudut dari bentuk ruang oktagonal tersebut.

Sementara, untuk bagian mihrab, terdapat pula bentuk setengah lingkaran sebagai batas penandanya. Di bagian ini terdapat juga sebuah mimbar yang terbuat dari bahan kayu. Posisinya tidak terlalu menjorok ke barisan jamaah, tidak seperti halnya mimbar masjid yang mengadopsi gaya Turki. Semua keindahan dan kemewahan yang tersaji dari masjid ini pada akhirnya memberikan rasa bangga, khususnya bagi masyarakat di Malaysia.

 

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Minggu, 22 Desember 2013

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement