Selasa 01 Sep 2020 19:58 WIB

Strategi Risma Agar Surabaya Terhindar dari Resesi

Risma di antaranya tidak akan memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berjalan di dekat mobil laboratorium COVID-19 saat tes cepat (Rapid Test) COVID-19 massal di Lapangan Hoki, Jalan Dharmawangsa, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Ilustrasi
Foto: Antara/Didik Suhartono
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berjalan di dekat mobil laboratorium COVID-19 saat tes cepat (Rapid Test) COVID-19 massal di Lapangan Hoki, Jalan Dharmawangsa, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memiliki strategi agar Kota Surabaya, Jawa Timur, terhindar dari resesi atau kelesuhan kegiatan dagang, industri, dan lainnya, di tengah pandemi Covid-19. Di antaranya dengan tidak memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

"Saya tidak mau ada perpanjangan PSBB lagi. Karena kita akan lakukan new normal atau tatanan baru," kata Wali Kota Risma seusai meninjau Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Kota Surabaya, Selasa (1/9).

Dengan tak diperpanjangnya PSBB tahap III tersebut, ia berharap para pelaku usaha di Surabaya bisa kembali beroperasi, namun dengan protokol kesehatan ketat. Risma menilai jika PSBB itu diteruskan bukan tidak mungkin banyak pelaku usaha di Kota Pahlawan yang gulung tikar.

Risma mengatakan hingga akhir tahun 2020 perkembangan ekonomi di Kota Surabaya masih terbilang positif.

"Itulah kenapa kemarin hasil data penelitian evaluasi Surabaya itu kita di titik masih bisa bertahan di positif nanti Insya Allah di akhir tahun. Kenapa? Kalau aku kemarin terlambat sedikit ya nyungsep (terpuruk) beneran yang punya perusahaan, yang punya usaha," kata Risma.

Apalagi, lanjut dia, jika pelaku usaha itu sudah menggunakan modal usahanya untuk kebutuhan sehari-hari keluarga. Tentu saja hal itu akan semakin menambah beban ekonomi pelaku usaha tersebut, bahkan berdampak pada gulung tikar.

Makanya, lanjut dia, pihaknya merumuskan kebijakan pada berbagai sektor seiring dengan tak diperpanjangnya PSBB di Surabaya.

"Kalau sudah modal dipakai makan, bagaimana dia (pelaku usaha) bisa bangkit lagi, kecuali kalau dia dapat insentif, tunjangan, atau bantuan. Makanya kemarin aku beranikan, kesehatan kita pantau benar-benar tapi yang untuk usaha boleh bergerak," ujar Risma.

Untuk itu ia memastikan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memaksimal upaya menjaga ekonomi di Kota Pahlawan agar tetap positif.

Sementara itu menghadapi isu resesi yang ramai diperbincangkan, Risma berharap warga Surabaya tidak panik. Sebab,pada tahun 1998 dan 2008, ekonomi Surabaya mampu bertahan dan positif ketika hal itu terjadi. Apalagi sekitar 92 persen usaha di Surabaya itu tergolong ekonomi menengah ke bawah, sehingga tidak terpengaruh dengan perekonomian global.

"Pertumbuhan ekonomi kita di atas pertumbuhan nasional. Kenapa begitu? Karena 92 persen usaha di Surabaya itu ekonomi menengah, jadi tidak terpengaruh kepada perekonomian global," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement