Selasa 01 Sep 2020 15:24 WIB

Israel Kerahkan Militer untuk Atasi Virus Corona

Anggota militer Israel bertugas melacak kontak dan memutus rantai infeksi Covid-19

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
 Pasukan Militer Israel, ilustrasi
Foto: EPA-EFE/ABED AL HASHLAMOUN
Pasukan Militer Israel, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, RAMLE -- Lebih dari tiga dekade karir militer, Mayjen Israel Ori Gordin, telah memimpin serangan, berperang, bahkan mendapatkan gelar di Harvard. Namun, dia belum pernah mendapatkan misi yang saat ini dijalani, mengawasi satuan tugas virus corona.

Sebagai kepala tentara Home Front Command (HFC), Gordin mengawasi badan yang dibentuk bulan lalu. Tugasnya adalah memimpin pelacakan kontak dan memutus rantai infeksi.

Baca Juga

"Ini adalah operasi dalam skala yang berbeda," kata Gordin.

Israel tampaknya ingin menjadi rujukan penanganan virus corona ketika pandemi itu pertama kali tiba. Pihak berwenang dengan cepat menutup perbatasan dan memberlakukan tindakan penguncian yang ketat, sehingga jumlah infeksi baru turun menjadi hanya segelintir setiap hari pada Mei.

Tapi, para pejabat membuka kembali ekonomi terlalu cepat, dan virus segera menyebar kembali. Sepanjang musim panas, tingkat kasus baru terus mencetak rekor, sementara jumlah kematian meningkat hingga lebih dari 900 orang.

Tekanan publik muncul, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Juli menunjuk direktur rumah sakit dan mantan direktur Kementerian Kesehatan, Dr. Ronni Gamzu, sebagai manajer proyek virus corona. Salah satu tindakan pertama Gamzu adalah meminta bantuan militer, memberikan misi penting untuk memutus rantai infeksi.

"Anda harus memiliki pasukan operasional terbaik, dan di Israel, itu adalah IDF,” kata Gamzu mengacu pada Pasukan Pertahanan Israel.

Didirikan setelah serangan rudal Scud Irak di Israel selama Perang Teluk 1991, HFC berfungsi sebagai kekuatan pertahanan sipil Israel. Pasukan itu membantu memelihara jaringan tempat perlindungan bom dan sirene serangan udara, dan dilatih untuk membantu warga sipil selama perang dan bencana alam.

Selama berbulan-bulan, HFC telah mengelola jaringan hotel yang digunakan sebagai karantina, menyediakan fasilitas isolasi, dan layanan pemulihan untuk orang yang terinfeksi dengan gejala ringan. Prajuritnya juga mendistribusikan makanan dan persediaan di daerah yang terkena dampak paling parah, termasuk komunitas yang memiliki sedikit kontak dengan militer, seperti wilayah Arab dan lingkungan Yahudi ultra-Ortodoks.

Kepala dewan wilayah kelompok Arab Jisr al-Zarqa, Morad Ammash, mengatakan mereka bekerja dengan baik dengan komunitasnya ketika menangani wabah pada Maret. "Mereka membantu kami dengan informasi publik, mengelola sistem, membagikan makanan kepada yang membutuhkan," katanya.

Gordin mengatakan kepercayaan publik pada militer mungkin adalah aset terpentingnya. Dia mengatakan pengalaman tentara dalam manajemen darurat dan tenaga tanpa batas juga merupakan kekuatan kunci.

Bekerja di bawah arahan Kementerian Kesehatan, gugus tugas Gordin sebagian besar bertindak sebagai koordinator dan badan pendukung bagi otoritas sipil di empat bidang utama. Pasukan bekerja memperluas jumlah tes, bekerja dengan laboratorium untuk mempercepat hasil, mewawancarai warga yang terinfeksi untuk mengidentifikasi siapa yang telah melakukan kontak, dan segera menempatkan yang berisiko ke karantina.

Pasukan militer itu pun bekerja sama dengan pemerintah kota, kementerian pemerintah lainnya, layanan penyelamatan medis, polisi dan laboratorium publik dan swasta untuk membantu merampingkan respons nasional. "Saya dapat membawa mereka semua ke satu meja dan bekerja sama secara efektif serta menyinkronkannya dengan cara yang efektif," ujar Gordin.

Israel bukan yang pertama meminta militer dalam perang melawan virus corona. Seluruh wilayah Amerika Latin, tentara telah diperbantukan untuk mengirimkan makanan, memantau lalu lintas, dan memberlakukan perintah tinggal di rumah. 

Sementara di China, sayap militer Partai Komunis membawa sekitar 1.400 dokter, perawat, dan ahli ke kota Wuhan yang menjadi pusat pandemi. Mereka membantu membangun dua rumah sakit dan merawat pasien awal tahun ini.

Satuan tugas yang dipimpin militer di Australia telah membantu otoritas lokal dengan pelacakan kontak. Spanyol pun mengumumkan pekan lalu bahwa militer menawarkan 2.000 pasukan kepada pemerintah daerah untuk membantu pelacakan kontak.

Tapi, keterlibatan tentara Israel tampaknya menjadi salah satu upaya paling ambisius di dunia. Militer negara dengan sembilan juta penduduk sudah memiliki 2.300 tentara dan diperkirakan akan segera mencapai 3.000 yang dilibatkan.

Meski memiliki tujuan yang ambisius, negara itu menghadapi beberapa kendala serius. Para ahli medis mengatakan bahwa sistem epidemiologi negara itu terlalu tegang setelah bertahun-tahun diabaikan oleh pemerintah.

Gamzu sebagai pemimpin pemimpin proyek pemerintah menghadapi Covid-19 berseteru dengan politisi dan kelompok kuat di Israel. Dia pun harus bentrok dengan partai-partai politik yang kuat secara politik. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement