Senin 31 Aug 2020 22:54 WIB

Titik Kritis Pasta Gigi dan Obat Kumur

Ada juga pasta gigi yang memilih bahan pengemulsi dari hewan selain babi.

Titik Kritis Pasta Gigi dan Obat Kumur. Ilustrasi
Foto: Wikipedia
Titik Kritis Pasta Gigi dan Obat Kumur. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ingin memiliki gigi putih, bersih, dan kuat? Sikatlah gigi Anda secara rutin tiap hari. Langkah ini bisa dilakukan memakai pasta gigi. Selain menjaga kesehatan gigi dan gusi, pasta gigi membuat gigi menjadi bersih, putih, dan napas segar.

Tak semua jenis pasta gigi aman dipergunakan. Bagi umat Islam, penggunaan pasta tersebut harus sesuai dengan prinsip kehalalan dan ketayiban. Karena bahan-bahan tersebut rentan masuk ke dalam mulut, tertelan, walaupun setelah itu dikeluarkan kembali.

Menurut Auditor LPPOM MUI Drs Chilwan Pandji Apt MSc, ada dua fase produksi pasta gigi, yakni cair dan lemak. Untuk menyatukan kedua bahan tersebut dibutuhkan emulsifier atau pengental. Bahan pengental ada yang terbuat dari hewani dan tumbuhan.

Jika bahan dari tumbuhan yang menjadi pilihan, aman bagi umat Islam. Sebaliknya, bahan pengemulsi yang diambil dari hewan harus ditelusuri, apakah dari hewan halal atau tidak. Bila bahan dasarnya berasal dari babi, ini bisa berdampak pada keharaman pasta. “Titik kritis dari pasta gigi adalah bahan pengemulsinya,” kata Pandji.

Ada juga pasta gigi yang memilih bahan pengemulsi dari hewan selain babi. Walaupun jenis hewannya halal, harus ditelusuri proses penyembelihannya. Karena, kata lulusan Farmasi ITB ini, jika penyembelihannya tidak sesuai syariat, hukumnya sama dengan memakan bangkai.

Untuk mengetahui bahan emulsi pasta gigi dari bahan halal atau haram, tidak bisa dirasakan, apalagi dilihat secara kasat mata. Caranya, melalui penelusuran bahan-bahan yang digunakan di pasta gigi. Oleh karena itu, Pandji mengingatkan, untuk lebih amannya pilih pasta gigi yang sudah mencantumkan label halal karena telah melalui penelitian LPPOM MUI.

Selain bahan emulsi, sejumlah kalangan juga merisaukan penggunaan sejumlah zat tambahan, seperti pemanis, fluorit, kalsium, ataupun pemutih dalam pasta. Dosen Teknologi Industri Pertanian IPB ini menjelaskan, bahan-bahan tersebut aman.

Ia menjelaskan, seperti kalsium, memang ada yang dibuat dari tulang. Tetapi, untuk kategori produksi ini terbilang sulit. Karenanya, produsen memilih menghindarinya. Sebagai gantinya, kalsium menggunakan bahan dari kapur.

Sementara, pemanis yang dulu sering dipakai, yaitu xylitol kain, ditinggalkan. Ini karena harganya meroket. Produsen beralih ke bahan pemanis dari ekstraksi serat jagung sehingga aman.

Untuk gel di pasta gigi, bahannya berasal dari rumput laut. Sedangkan, penyegar yang ada di pasta gigi ditambah dengan mint. Bahan mint ini dari mentol yang termasuk kelompok alkohol, tapi bukan etanol sehingga aman aman dipergunakan.

Setelah menggosok gigi, ada yang menambah ritual berkumur dengan cairan antiseptik. Amankah bahan ini? Pandji mengatakan, cairan kumur tersebut mengandung alkohol yang fungsinya mematikan bakteri. Rasa panas di mulut itu menandakan adanya cairan alkohol. Tapi, kadar alkoholnya tidak besar, sekitar 30- 40 persen. Itupun terbuat dari alkohol sintesis kimiawi, bukan hasil pembuatan bahan alkohol khamar yang diharamkan.

Ia mengatakan, cairan kumur boleh digunakan karena bahannya dari alkohol sintesis. “Lagi pula, niatnya digunakan untuk mematikan bakteri bukan untuk diminum,” paparnya.

Namun, kini banyak juga cairan kumur terbuat dari bahan-bahan alami, seperti daun saga, sirih, serta minyak cengkih untuk mematikan bakteri. Bahan-bahan alami ini aman digunakan untuk obat kumur. Ia pun mengimbau masyarakat agar memakai pasta ataupun obat kumur yang bersertifikat halal. 

 

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Jumat, 28 Desember 2012

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement