Senin 31 Aug 2020 14:32 WIB

Masjid Awal Perjalanan Islam Bangun Peradaban

Peradaban ini diimpikan dunia modern yang sekadar mempu menawarkan kesenangan

Rep: Retno Ajeng Tedjomukti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali
Foto: Nusantara Foundation
Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali mengatakan pembangunan masjid pertama kali oleh Rasulullah merupakan awal perjalanan membangun peradaban.

"Itu juga menunjukkan bahwa peradaban dalam Islam tidak akan bisa terpisahkan dari koneksi samawi (nilai-nilai ketuhanan). Bahwa peradaban dalam Islam tidak ditandai oleh gedung-gedung yang mencakar langit. Tidka pula oleh akumulasi keuangan di pusat-pusat bisnis dan perbankan,"ujar dia dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (31/8).

Dia menjelaskan, peradaban dalam Islam adalah pembangunan yang mengkombinasi (menyatukan) jasad, akan dan ruh, materi, Ilmu, dan spiritualitas. 

Masjid adalah gedung yang penampakannya seperti gedung-gedung yang lain. Tapi masjid itu menjadi tempat di mana Asma Allah dikumandangkan (yudzkaru fiiha ismuLlah). Sehingga gedung yang sejatinya juga terbuat dari materi yang sama ternyata memiliki nilai yang berbeda. 

 

Menurut dia, itu menjadi kekhasan peradaban Islam. Peradaban yang memiliki nilai  atau makna yang agung. Bukan sekedar bernilai material duniawi. Tapi nilai samawi yang berisifat luhur dan abadi.

"Peradaban Islami inilah yang didambakan oleh kehidupan semua manusia normal. Manusia yang menginginkan kebahagiaan dan bukan sekedar kesenangan. Peradaban yang terkoneksi secara samawi akan membawa kesenangan (mataa’). Tapi hampa dari kebahagiaan (sa’adah)," ujar dia.

Dia mengungkapkan,  peradaban ini  diimpikan  dunia modern yang hingga saat ini sekedar mempu menawarkan kesenangan (mataa') dan bukan kebahagiaan (sa'adah). Menurut dia,  peradaban yang seperti inilah yang digambarkan dalam Al-qur'an, "baldatun thoyyibatun wa Rabbun Ghafur" (negeri yang indah yang diridhoi oleh Tuhan yang Maha pengampun). 

"Atau lebih jelas lagi Allah menggambarkannya, “Kalau saja penduduk negeri itu beriman dan bertakwa akan Kami bukakan pintu-pintu barokah dari langit dan bumi”. 

Dia menjelaskan, ayat itu jelas dan tegas mengaitkan secara dekat dan tak terpisahkan antara keberkahan langit dan bumi. Dengan keberkahan langit terbuka, berkah-berkah bumi akan pula terbuka. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement