Senin 31 Aug 2020 06:46 WIB

Penyerangan Polsek Ciracas Bukti Tergerusnya Budaya Kritis

Romo Benny mengatakan hoaks bisa dengan mudah diterima sebagai kebenaran.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny menyoroti penyerangan Markas Polisi Sektor (Mapolsek) Ciracas, Jakarta Timur oleh orang tak dikenal pada Sabtu (29/8) dini hari. Romo Benny mengatakan hoaks bisa dengan mudah diterima sebagai kebenaran oleh masyarakat karena tergerusnya budaya kritis masyarakat.

"Budaya kritis dalam masyarakat kita mulai tergerus, ini membuat mereka dengan mudah menerima atau hoaks sebagai suatu kebenaran, dan pada akhirnya hoaks yang diterima itu beberapa kali berujung pada tindakan kekerasan, seperti yang terjadi pada Sabtu dini hari kemarin di Polsek Ciracas," kata Benny dalam keterangan tertulisnya kepada Republika, Ahad (30/8).

Baca Juga

Karena itu, ia menganggap bahwa budaya dan pendidikan kritis perlu dibangun kembali di tengah masyarakat. "Pendidikan kritis melahirkan sikap dan cara berpikir yang tidak mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak yang menggunakan propaganda sebagai alat untuk mengaduk emosi publik lewat ujaran kebencian dan isu-isu tertentu yang biasanya terkait dengan SARA," ujarnya.

Ia menegaskan pendidikan literasi media di era digital ini sangat penting  agar nantinya dalam merespon pemberitaan masyarakat tidak mudah terkecoh, emosional, dan terjebak pada solideritas semu untuk melakukan tindakan-tindakan kekerasan serta negatif lainnya. Adanya budaya kritis tersebut membuat masyarakat dapat memilih berita dan konten dari sumber yang akurat. 

"Kecerdasan masyarakat dalam menggunakan media sosial atau mencari informasi melalui media siber bisa dibangun lewat sebuah kesadaran kritis, melalui pendidikan literasi media juga membangun kesadaran kritis mereka," tuturnya.

Ia memandang kesadaran berpikir kritis harus menjadi cara berpikir, bertindak dan berelasi sesama anak bangsa. Menurutnya jika itu diterapkan, mereka tidak mudah tersulut emosi karena pemberitaan atau informasi yang belum jelas kebenarannya.

"Budaya kekerasan harus segera dihentikan, karena bertentangan dengan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, karena siapa mencintai Tuhan, dia pastilah mencintai sesama manusia," imbaunya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement