Jumat 28 Aug 2020 15:08 WIB

Pembagian Bansos, Bupati Semarang: Ayo Jangan Dempetan!

Ada warga yang datang namun tidak mengikut jadwal pembagian banson.

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Teguh Firmansyah
Bupati Semarang, dr H Mundjirin ES SpOG (tengah).
Foto: istimewa
Bupati Semarang, dr H Mundjirin ES SpOG (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kesadaran warga Kabupaten Semarang dalam mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 masih harus terus dirorong. Sebagian warga masih jamak mengabaikan protokol kendati penerapan sanksi sudah diberlakukan.

Kondisi tersebut setidaknya dilihat sendiri oleh Bupati Semarang, dr H Mundjirin ES SpOG saat memantau pelaksanaan penyaluran Bantuan Sosial Tunai (BST) tahap ke-IV yang dilaksanakan di kantor Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Jumat (28/8).

Baca Juga

Orang nomor satu di Kabupaten Semarang ini bahkan harus ikut turun tangan untuk ikut mengingatkan warga penerima BST yang tak mempedulikan lagi jaga jarak saat menunggu giliran.

“Ayo semua jangan dempet- dempetan (saling berhimpitan; red) seperti itu, atur jarak bapak- bapak, ibu- ibu. Ayo miminimal satu meter,” tegas bupati saat mengingatkan melalui pengeras suara.

Tak hanya physical distancing saat menunggu giliran, bupati juga masih melihat banyak warga penerima manfaat yang berkerumun dan bergerombol dalam jumlah yang cukup banyak saat di halaman kantor kecamatan tersebut.

Beberapa kali Mundjirin pun juga memperingatkan warga, agar melaksanakan anjurannya agar membubarkan diri dan tidak lagi membuat kerumunan atau bergerombol dalam jumlah yang banyak. "Kenapa saya harus meminta pengertiannya dengan sangat, karena tingkat penyebaran virus Korona masih tinggi di Kabupaten Semarang,” kata Bupati didampingi Camat Pringapus Gustomo Hartanto.

Menurutnya, saat ini jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di wilayah Kabupaten Semarang sudah mencapai 503 orang. Dari jumlah itu masih ada 29 orang yang menjalani perawatan, 150 orang diisolasi dan 283 lainnya sudah dinyatakan sembuh.

Artinya, kasus penyebaran Covid-19 di Kabupaten Semarang masih cukup tinggi angkanya, jadi warga harus tetap disiplin mematuhi dan mentaati protokol kesehatan guna meminimalkan risiko penularan.

Seperti selalu memakai masker saat beraktifitas di luar rumah dan di tempat- tempat umum, selalu mencuci tangan yang bersih menggunakan sabun atau antiseptik sebelum maupun sesudah melakukan aktifitas. Kemudian jangan membuat kerumunan orang dalam jumlah yang banyak dan tetap menjaga  jarak fisik minimal 1,5 meter. “Sehingga risiko penularan bisa ditekan,” tegas bupati di hadapan ratusan warga penerima manfaat BST.

Terkait dengan BST yang hari ini diterimakan kepada warga, Mundjirin kembali mengingatkan agar para penerima manfaat  bisa menggunakan dan memanfaatkan bantuan tunai tersebut secara bijak dan tetap menghindari perilaku konsumtif.

Dia mengharapkan warga dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari- hari dari bantuan tunai tersebut. Sehingga warga bisa memenuhi kebutuhan utamanya selama masa pandemi masih berlangsung.

“Manfaatkan BST ini untuk membeli berbagai kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan jangan sampai digunakan untuk membeli barang yang lain, hingga kebutuhan utama bapak- bapak atau ibu- ibu sekalian justru tidak terbeli,” tandas bupati.

Terkait dengan imbauan Bupati Semarang tersebut, Camat Pringapus, Gustomo Hartanto menjelaskan penyaluran BST pada hari ini memang menyasar sedikitnya 1.500 warga penerima manfaat.

Mereka berasal dari tiga desa dan satu kelurahan, yang meliputi Kelurahan Pringapus, Desa Klepu, Pringsari dan Desa Penawangan. Ia mengaku, terkait dengan mekanisme penyaluran BST ini sudah diatur penjadwalannya.

Kendati sudah diatur pembagian waktu penyaluran serta penerimaan manfaat yang telah dipilah per desa, namun banyak warga yang datang bersamaan tanpa mempedulikan pengaturan jadwal penyaluran tersebut.

Sehingga para penerima manfaat yang semestinya di luar jadwal sudah datang terlebih dahulu hingga halaman kantor kecamatannya menjadi lebih padat. “Sudah kita atur jadwal per desa di jam yang berbeda, tapi banyak warga yang datang tanpa memperhatikan jadwal,” jelasnya.

Dalam proses pemnyaluran BST ini, masih kata Gustomo, pihak kecamatan sebenarnya juga melibatkan aparat seperti polisi dan anggota TNI. Namun karena jumlah warga lebih besar akhirnya menjadi tidak terkendali.

“Sehingga masih terlihat warga yang bergerombol, berkerumun dalam jumlah banyak, berdesakan dan bahkan juga ada yang tidak memakai masker saat berada di kantor kecamatan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement