Kamis 27 Aug 2020 15:00 WIB

Dana Melimpah, Permintaan Kredit BRI Masih Rendah

Pertumbuhan kredit BRI masih akan sangat lambat hingga akhir tahun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso.
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup signifikan sepanjang semester pertama 2020. DPK perseroan tumbuh 13,49 persen menjadi sebesar Rp 1.072,50 triliun.  

Namun pertumbuhan tersebut tidak diiringi oleh permintaan kredit dari masyarakat. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pertumbuhan kredit masih akan sangat lambat hingga akhir tahun. Sunarso memperkirakan penyaluran kredit BRI sendiri hanya tumbuh sebesar lima persen sepanjang tahun ini.

Baca Juga

"Demand kredit belum mampu mengimbangi pertumbuhan dana masyarakat," kata Sunarso dalam Public Expose Live, Kamis (27/8).

Dalam krisis seperti ini, Sunarso melihat, permasalahan yang dihadapi industri perbankan bukan terkait likuiditas. Permasalahan utama yang dihadapi perbankan justru rendahnya permintaan kredit. 

Menurut Sunarso, salah satu cara meningkatkan permintaan kredit saat ini yaitu dengan mempercepat penyaluran berbagai stimulus dari pemerintah. Dari situ roda ekonomi akan mulai berputar. Masyarakat pun akan membutuhkan modal untuk usaha. 

"Dengan demikian, perbankan bisa menyalurkan kembali kredit dan memutar perekonomian secara sustain," tutur Sunarso. 

Di sisi lain, Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan berbagai upaya yang dilakukan sekarang adalah untuk memastikan Perseroan bisa tumbuh secara jangka panjang. Hal yang menjadi prioritas Perseroan saat ini yaitu menjaga kecukupan cadangan. 

"Yang penting kita jaga cadangan untuk bisa memenuhi potensi pemburukan," kata Haru. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement