Kamis 27 Aug 2020 13:41 WIB

Separuh Rak Es di Antartika Berisiko Retak karena Air Laut

Rak es berfungsi menahan es di Antartika agar tidak runtuh.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Antartika
Foto: ABC News
Antartika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir dua pertiga dari jajaran es yang penting untuk menghentikan runtuhnya lapisan es di Antartika kini dilaporkan berisiko retak oleh air. Hal ini diungkapkan dalam analisis yang memperingatkan tentang konsekuensi utama dari kenaikan permukaan laut akibat kondisi tersebut.

Sebagian besar es di Antartika tertahan dari laut dengan penopang yang dikenal sebagai ice shelves atau rak es. Namun, jajaran es ini perlahan mencair dari bawah karena pemanasan lautan.

Baca Juga

Para ilmuwan berusaha lebih memahami bagaimana lelehan air di atas rak es mempengaruhi kondisi tersebut. Telah dikemukakan bahwa runtuhnya lapisan es Larsen B pada 2002 sebagian disebabkan oleh genangan air lelehan yang menggenangi dan meluasnya rekahan permukaan di es, dalam proses yang dikenal sebagai hydrofracturing.

Perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan lelehan air tersebut. Saat ini, tim peneliti yang tergabung dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa menunjukkan dengan  tepat di mana air yang mencair dapat melemahkan rak, berpotensi mempercepat runtuhnya lapisan es dan kenaikan permukaan laut.

Ching-Yao Lai dari Columbia University di New York dan rekan-rekannya menemukan bahwa 60 persen dari rak es yang menopang itu rentan terhadap hidrofraktur jika diisi dengan air. Mereka sampai pada angka tersebut dengan melatih jaringan saraf untuk mengidentifikasi retakan dari citra satelit benua, tugas yang terlalu memakan waktu bagi manusia.

Hasilnya sangat dekat dengan model yang memprediksi di mana letak fraktur. Perhitungan tekanan dan gaya es kemudian dijalankan untuk memperkirakan retakan mana yang menjadi tidak stabil jika diisi dengan air.

“Tidak semua bagian rak es dibuat sama. Ada yang menopang, ada yang tidak. Tidak hanya ada air lelehan, tetapi juga muncul di tempat-tempat rentan itu,” ujar Jonathan Kingslake dari Columbia University, yang mengerjakan studi tersebut, dilansir Newscientist, Kamis (27/8).

Alex Brisbourne dari Survei Antartika Inggris, sebelum penelitian ini, para ilmuwan tidak dapat mengatakan apa efek pencairan ekstra di Antartika pada rak es. Ia mengatakan 60 persen adalah proporsi signifikan yang terancam oleh iklim yang lebih hangat.

Brisbourne mencatat bahwa studi tersebut membuat beberapa asumsi yang mungkin tidak mencerminkan kenyataan. Seperti air mengalir dengan cepat ke dalam patahan meskipun beberapa mungkin mengalir perlahan, membekukan kembali dan menstabilkan patah tulang, tetapi ia mengatakan bahwa keterbatasan tersebut tidak mungkin mengubah keseluruhan temuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement