Rabu 26 Aug 2020 05:08 WIB

Sebuah Siklus Sepak Bola

Kebangkitan sebuah klub tak lepas dari pemilihan sosok pelatih yang tepat.

Agung Sasongko
Foto: dok. Republika
Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Agung Sasongko*

Setiap kehidupan akan menjalani siklus yang tak bisa ditolak. Hal ini berlaku pula untuk klub sepak bola. Ada masa jaya, dan ada masa terpuruk. Siapa yang siap, merekalah yang berjaya. Kalaupun belum, hanya menunggu waktu saja.

Liverpool cukup bersabar untuk kembali menjadi juara. Ingat, butuh 30 tahun, meski sebelumnya lebih dulu mencicipi gelar juara Eropa, melalui trofi si kuping besar. Dalam beberapa tahun ke depan, The Reds sepertinya masih akan mendominasi. Bisa jadi, armada Juergen Klopp bakal mengalahkan rekor Manchester United dalam koleksi juara liga primer.

Atau RB Leipzig yang sudah berjuang sejak 2009 dari level bawah Bundesliga. Dari tim ecek-ecek tanpa ada yang nonton. Kini, klub tersebut telah menjangkau semifinal Liga Champions. Ingat lho, ini RB Leipzig bukan Borrusia Dortmund. Tim semenjana namun penghasil produk pemain muda berkualitas wahid. Meski memang banyak yang mencibir, klub ini dilahirkan untuk kepentingan komersil bukan sepak bola sesungguhnya.

Contoh lain lagi, Leeds United yang butuh 16 tahun untuk kembali ke habibatnya di Liga Primer. Klub ini hancur lebur karena utang akibat kebodohan manajemen. Stadion dijual, lapangan latihan dijual, hingga bintang-bintangnya dijual pula. Sudah dikuras masih kurang juga, walhasil the Whites harus turun kasta hingga League One. Hal yang sangat disayangkan publik Elland Road.

Perlahan dan berdarah-darah, klub asal Yorkshire ini tampil kembali menunjukan jati dirinya. Bukan "Dirty Leeds”, melainkan sepak bola offensif racikan Marcelo Bielsa. Era baru menyongsong Leeds yang akan melakoni liga yang mungkin benar-benar berbeda ketika terakhir mereka degradasi pada musim 2002/2003. Leeds tentu akan menjalani adaptasi yang tidak mudah di musim depan.

Atau cerita Muenchen yang mulai kehabisan bensin di awal musim. Lalu munculan Hansi Flick sebagai penyelamat. Secara bertahap Flick memainkan perannnya untuk menyuap Muenchen bak mobil tua untuk kembali nge-gas di pacuan Bundesliga. Pesaing-pesaingnya seperti RB Leipzig atau Dortmund berisi tenaga muda yang memiliki torsi dan horse power lebih merata ketimbang Muenchen ketika itu.

Memang penggawa macam Arjen Robben, Franck Ribery, Matt Hummels, dll memang seperti mesin mercedes yang tangguh dan bertenaga tapi di masanya. Jelas tekor ketika berhadapan dengan darah muda dengan adrenalin tengah menuju puncak.

Flik kini mulai merasakan efek dari servis besar Muenchen. Tenaga kembali berayun. Tarikan mencetak gol makin galak meski juru gedornya masih juga produksi lama tapi masih joss macam Robert Lewadowski. Dan Muenchen telah meraih trebel winners keduanya. Die Bayern akhirnya menemukan jati dirinya kembali.

Melihat apa yang dialami berbagai klub Eropa menuju kebangkitnya tak lepas dari pemilihan sosok yang tepat dalam meracik mentalitas tim yang berantakan. Hal ini juga didukung manajemen yang mumpuni. Muenchen kembali jadi contoh, seluruh elemen strategis klub dipermak. Hasilnya, mesin Muenchen yang sempat ngadat kembali bertaji.

Situasi yang sama sebenarnya terjadi di Barcelona. Situasinya bahkan lebih rumit karena sudah melibatkan psikologis pemain. Tidak tanggung-tanggung, seorang Lionel Messi terkena efeknya. Terlalu terburu-buru memilih pelatih disertai buruknya kebijakan transfer pemain belum lagi persoalan kisruh manajemen menambah situasi menjadi runyam.

Seakan tak mau mengulangi kesalahan, manajemen Barca mulai menunjuk sosok yang lebih familiar mengenal luar dalam Barca. Sosok itu tak lain mantan gelandang mereka, Ronald Koeman. Ingat, Koeman membawa Timnas Belanda yang pesakitan mulai kembali ke jalur yang benar.

Kiat inilah yang dibutuhkan Barcelona untuk bangkit. Nirgelar musim ini bukanlah kabar yang menggembirakan bagi klub katalan. Apalagi, mereka harus menjalani transisi menuju pembaruan.

Mesin-mesin tua macam Messi, Luis Suarez dan lainnya harus segera diganti. Di sinilah pentingnya peran manajemen. Bursa transfer musim ini akan berbeda dengan  sebelumnya, dalam artian jeda kompetisi yang pendek butuh gerak cerdas berburu pemain.

Karenanya, musim depan tentu akan menarik dilihat, seperti apa klub-klub yang tengah berjuang bangkit. Di ranah Inggris, Manchester United, Chelsea, Tottenham, dan Arsenal masih menjalani periode transisi di tengah dominasi Liverpool dan Manchester City.

Di Spanyol, Barcelona dengan Ronald Koemannya. Lalu ke duo Milan, Inter dan Milan apakah mampu mengakhiri dominasi Juventus atau justru Atalanta yang bakal muncul sebagai juara baru. Selamat datang dan menikmati kebangkitan sepakbola di musim depan.

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement