Selasa 25 Aug 2020 14:42 WIB

Hijrah Kontemporer: Momentum Mengubah Peradaban Dunia

Siapa pun yang meninggalkan sesuatu karena Allah, akan diganti dengan yang lebih baik

Ilustrasi peristiwa hijrah.
Foto: republika.co.id
Ilustrasi peristiwa hijrah.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Slamet Ibnu Syam, Lc. MA, Pimpinan Pesantren Ibnu Syam, Syu’bah Tahfizh al-Qur’an, Cilegon-Banten

Mungkin ada yang bertanya, mengapa tahun hijriah dimulai dengan bulan Muharram, padahal peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam terjadi pada bulan Rabiul Awwal. Jawabannya adalah, karena proses hijrah dimulai pada musim haji (bulan Dzulhijjah), saat Nabi membaiat kaum anshor dari Madinah.

Nah, bulan pertama setelah bulan Dzulhijjah adalah bulan Muharram, maka bulan Muharram menjadi bulan pertama pada tahun Hijriah. Demikianlah pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitab Fathul Baari. Sangatlah tepat, ketika Sayyiduna Umar bin Khattab menentukan penanggalan Islam dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi. Sebab, peristiwa hijrah merupakan peristiwa yang mengubah peradaban manusia.

Peristiwa yang mengubah umat Islam, dari umat yang tertindas, menjadi umat yang mulia dan berwibawa. Peristiwa yang mengubah dakwah Islam, dari dakwah yang lokal (antara penduduk di Mekkah) menjadi dakwah yang mendunia. Peristiwa yang mengubah kesyirikan menjadi ketauhidan.

Apa pelajaran penting dari peristiwa hijrah tersebut? Di antara pelajaran pentingnya adalah: “Siapa pun yang meninggalkan sesuatu karena Allah, ia akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang ditinggalkannya.”

Nabi meninggalkan Mekkah karena diperintahkan Allah, padahal Mekkah adalah negeri yang paling beliau cintai (sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits), lalu Allah ganti dengan peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan Kota Mekkah), masuk ke Mekkah dalam keadaan menang dan menguasai. Bahkan bukan saja diganti dengan Fathu Makkah, namun diganti dengan penaklukan negeri-negeri di berbagai belahan dunia.

Demikian juga para sahabat Nabi yang meninggalkan harta kekayaannya karena ingin hijrah ke Madinah untuk mengikuti perintah Allah. Seperti sahabat yang bernama Shuhaib bin Sinan, maka Allah ganti kekayaannya dengan berlipat-lipat di dunia dan akhirat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement