Selasa 25 Aug 2020 14:38 WIB

Istiqlal Didesain Jadi Pusat Filantropi Berbasis Masjid

Nasaruddin Umar ingin Masjid Istiqlal didesain jadi tempat pemberdayaan masyarakat.

Rep: Eva Rianti/ Red: Erik Purnama Putra
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar danKetua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Muhammad Nuh di Masjid Istiqlal, Jakpus, Selasa (25/8).
Foto: Eva Rianti
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar danKetua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Muhammad Nuh di Masjid Istiqlal, Jakpus, Selasa (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat tengah didesain untuk menjadi pusat filantropi berbasis masjid. Masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut akan menjadi percontohan rumah ibadah yang menjalankan konsep filantropi di Indonesia.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan, Istiqlal diharapkan bukan hanya menjadi tempat ibadah bagi umat Islam, tetapi juga menjadi tempat pemberdayaan masyarakat. "Kita akan gunakan bahasa agama dalam menghimpun dana untuk pemberdayaan masyarakat," kata Nasaruddin dalam diskusi bertajuk 'Memperkuat Platform Crowdfunding-Filanthrophy untuk Pembangunan Umat yang Berkelanjutan' di Masjid Istiqlal, Selasa (24/8).

Nasaruddin menjelaskan, nantinya praktik filantropi yang dilakukan tak hanya bisa bermanfaat bagi umat Islam saja, tapi umat yang lebih luas dan beragam. "Kita mencontohkan Masjid Nabi. Basis pemberdayaan umat, Istiqlal jadi contoh. Bahkan rumah-rumah ibadah lain bisa mencontoh Istiqlal. Jadi simbol toleransi dan moderasi umat," terang mantan wakil menteri agama tersebut.

Di tempat yang sama, Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Muhammad Nuh mengatakan, ada potensi yang besar dalam perwujudan kebermanfaat dari Masjid Istiqlal sebagai pusat filantropi berbasis masjid. Perwujudannya membutuhkan sinergisitas dari berbagai kalangan.

"Urusan charity di Indonesia sudah lumayan lah. Istiqlal ini menjadi perintis kebaikan. Ini kesempatan bagus untuk mulai merintis," katanya. Nuh menjelaskan, jika ingin melakukan pembangunan yang berkelanjutan, dalam hal ini soal membangun atmosfer filantropi, dibutuhkan suplai energi yang juga berkelanjutan.

Dalam konteks tersebut, Nuh mengatakan, wakaf menjadi salah satu suplai energi yang berkelanjutan karena wakaf merupakan salah satu yang sangat potensial. "Istiqlal diharapkan bisa jadi nazir (badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan wakaf)," jelas Nuh.

Melalui BWI, pengelolaan cash wakaf dikelola dengan melalui pembelian sukuk. "Kita mengelola cash wakaf, kita belikan sukuk. Contohnya RS Mata Achmad Wardi terkumpul Rp 52 miliar linked sukuk," katanya.

Nuh meyakini bahwa Masjid Istiqlal bisa menjadi pusat filantropi yang dahsyat dan bisa bermanfaat lebih luas. "Saya yakin Istiqlal bisa jadi the power of we," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement