Selasa 25 Aug 2020 10:46 WIB

Adab Haji dan Umroh (2-Habis)

Adab Haji dan Umroh

Adab Haji dan Umroh (2-Habis). Foto: Kegiatan umroh dan haji tutup total. Ilustrasi
Foto: Amr Nabil/AP
Adab Haji dan Umroh (2-Habis). Foto: Kegiatan umroh dan haji tutup total. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak setiap Muslim memiliki kesempatan untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Mereka yang beruntung dan mendapat menjalankan rukun Islam yang kelima tentu tak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu. Hendaknya, kewajiban sekali dalam seumur hidup itu dimanfaatkan untuk beribadah serta membangun ukhuwah demi tercapainya predikat haji mabrur.

Pada tulisan pertama, telah dipaparkan delapan adab  yang perlu diperhatikan umat Muslim saat akan, sedang, dan setelah berhaji. Dalam tulisan terakhir ini, akan kembali dijelaskan beberapa adab lainnya yang perlu diperhatikan para calon jamaah haji agar perjalanan mereka ke Tanah Suci bisa berbuah pahala dan kemabruran.

Baca Juga

Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyyah menjelaskan beberapa adab saat akan, sedang dan setelah berhaji dan umrah. Berikut adab-adab lainnya yang perlu diperhatikan saat berhaji dan umrah:

Kesembilan, menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.

‘’Menghisasi diri dengan akhlak yang mulia termasuk perkara yang diwajibkan atas setiap manusia,’’ tutur Syekh Sayyid Nada.  Seorang yang hendak menunaikan ibadah haji hendaknya menghiasi dirinya dengan sifat santun, sabar, dermawan, mengutamakan orang-orang yalng lemah dan yang membutuhkan.

Selain itu, para calon jamaah haji hendaknya membantu orang yang lemah, emnjaga kehormatan diri, pemaaf, berwajah ceria, menjaga kesucian diri serta menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak mulia lainnya yang dianjutkan oleh syariat Islam.

Kesepuluh, selalu bertakwa kepada Allah.

Bertakwa kepada Allah dibuktikan dengan menaati setiap perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya. Hati orang yang bertakwa selalu menghadirkan Kemahaagungan Allah SWT.

Kesebelas, menjaga lisan.

‘’Menjaga lisan termasuk cakupan takwa kepada Allah SWT,’’ ungkap Syekh Sayyid Nada. Ketika berhaji, banyak jamaah yang tak mampu menjaga lisan. Ketika harus mengantre atau berdesak-desakan kerap terdengan caci maki keluar dari mulut jamaah. Sesungguhnya lisan adalah anggota tubuh yang paling berbahaya. Dalam berhaji dilarang mengeluarkan kata-kata keji, serta berbantah-bantahan. ‘’Oleh sebab itu, wajib atas orang yang menunaikan haji agar menjaga lisannya, sehingga tak kehilangan pahala dan merusak ibadahnya.’’

Keduabelas, menundukan pandangan.

‘’Saya sengaja menyebutkannya tersendiri, mengingat perkara ini amat penting dan berbahaya,’’ tutur Syekh Sayyid Nada.  Hendaknya, kata dia, para jamaah haji bersungguh-sungguh menjaga pandangannya dari perkara yang diharamkan, sehingga terhindar dari perbuatan dosa.

Ketigabelas, menjauhi semua perbuatan haram.

Syekh sayyid Nada mengimbau agar para jamaah haji menjauhi perbuatan yang dilarang, seperti merokok, mengisap pipa tembakau dan lainnya sebagainya.  Sebab, kata dia, hal itu dapat membahayakan kesehatan jamaah dan orang lain di sekitarnya.

Keempatbelas, menghindari berdesak-desakan dan campur-baru antara laki-laki dan perempuan.

Menurut Syekh sayyid Nada, menghindari berdesak-desakan dan bercampur-baur dengan bukan mahram harus dilakukan semampu mungkin. ‘’Hal itu merupakan perkara yang berbahaya dan bisa menimbulkan berbagai kerusakan dan kemunkaran.

 Kelimabelas, selalu tafakur, tadabur dan sakinah (tenang).

Saat berhaji hendaknya para jamaah menyatukan hati dan akal dengan selalu bertafakur, bertadabur dan sakinah. Dengan begitu, seorang jamaah bisa mengambil makna dan pelajaran dari manasik haji. ‘’Mereka yang selalu tafakur, tadabur dan sakinah dalam berhaji dan umrah akan menyaksikan hikmah Allah SWT dalam setiap manasik,’’ ujar Syekh Sayyid Nada.

Keenambelas, memperbanyak doa.

Saat thawaf, sa’I, di atas Bukit Shafa dan Marwah, hari Arafah, melempar jumrah, serta hari-hari tasyriq, para jamaah haji hendaknya memperbanyak berdoa. Sebab, pada saat itupula, Nabi SAW juga memperbanyak doa-doanya. ‘’Insya Allah, doa yang dipanjatkannya akan dikabulkan Allah SWT,’’ ucap Syekh Sayyid Nada.

Terlebih, kata dia, para jamaah sedang berstatus sebagai musafir. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Tiga buah doa yang mustajab tanpa diragukan lagi, yaitu doa seorang musafir…’’ (HR Ahmad, Bukhari, Abu Dawud).

Ketujuhbelas, segera kembali kepada keluarga setelah berhaji.

Menurut Syekh Sayyid Nada, apabila seseorang melaksanakan haji dan umrah telah menyelesaikan manasiknya, disunahkan segera kembali kepada keluarganya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika salah seoarang di antara kalian telah menyelesaikan haji, hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya. Sesungguhnya, itu lebih besar pahalanya.’’ (HR Al-baihaqi).

Kedelapanbelas, kembali dari haji dalam keadaan yang lebih baik.

Sekembalinya dari Tanah Suci, seorang Muslim haruslah meninggalkan segala perbuatan maksiat. ‘’Hendaknya, ia kembali dengan lebih bersemangat dalam menaati Allah, mengamalkan sunah,  bertakwa kepada Allah, berbuat baik kepada sesama, serta lingkungannya. 

Sumber: Ensiklopedi Adab Islam terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement