Selasa 25 Aug 2020 07:49 WIB

UGM Terjunkan Mahasiswa Bantu Siswa Kesulitan Belajar Daring

Para mahasiswa akan ditempatkan ke 16 lokasi selama 50 hari

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Christiyaningsih
Quinina siswi kelas dua SDN 2 Sorogenen belajar di warung ibunya di kawasan Purwomartani, Sleman, Yogyakarta, Rabu (19/8). niversitas Gadjah Mada (UGM) menerjunkan 78 mahasiswa KKN PPM untuk membantu pembelajaran daring selama pandemi. Ilustrasi.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Quinina siswi kelas dua SDN 2 Sorogenen belajar di warung ibunya di kawasan Purwomartani, Sleman, Yogyakarta, Rabu (19/8). niversitas Gadjah Mada (UGM) menerjunkan 78 mahasiswa KKN PPM untuk membantu pembelajaran daring selama pandemi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) menerjunkan 78 mahasiswa KKN PPM untuk membantu pembelajaran daring selama pandemi. Dibantu empat DPL, mereka akan membantu guru-guru dan siswa-siswa yang tidak memiliki akses daring memadai.

Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM Irfan Dwidya Priyambada mengatakan mahasiswa akan ditempatkan ke 16 lokasi selama 50 hari. Mereka akan membantu siswa setingkat SD, SMP, dan SMA,termasuk yang kesulitan membeli paket data.

Baca Juga

"UGM membantu mereka mendapat pendidikan yang berkualitas, harapannya mahasiswa bisa berperan di masyarakat kala susah," kata Irfan dalam upacara pelepasan dan penerjunan mahasiswa KKN PPM secara daring, Senin (24/8).

Irfan menuturkan suasana pandemi Covid-19 membuat semua orang terpaksa belajar dan bekerja dari rumah. Namun tidak semua memiliki akses pendidikan jarak jauh. Misalnya seperti sebelah hutan Ngawi, banyak yang sulit mendapat sinyal.

"Sehingga muncul ide memperkuat sinyal. Saya harap nanti mahasiswa teknik bisakah membuat perangkat keras membantu saudara kita yang lokasinya susah mendapat sinyal," ujar Irfan.

Jika berhasil, metode itu diterapkan ke lokasi terpencil Indonesia yang jauh dari akses internet. Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Arif Kusumawanto menerangkan mereka mengembangkan alat penguat sinyal atau wifi sederhana.

Mereka membuat antena penguat wifi berbahan tiang bambu atau pipa, lalu disambung kabel dengan konektor. Untuk daerah terpencil dan perbukitan, lokasi pemasangan alat itu disurvei dulu agar penguat bisa terpancar baik.

"Kita tahu masing-masing provider punya pancaran gelombang berbeda sehingga antena harus dipasang di tempat yang lebih tinggi dan tidak terhalang bukit," kata Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement