Selasa 25 Aug 2020 06:06 WIB

Separuh Kasus Kematian Civid-19 di Sumsel Usia 55-69 Tahun

Usia 55-69 tahun ini mayoritas memiliki komorbid atau penyakit bawaan.

Petugas pemakaman penanganan jenazah pasien Covid-19 menurunkan peti jenazah dari dalam mobil jenazah (ilustrrasi)
Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Petugas pemakaman penanganan jenazah pasien Covid-19 menurunkan peti jenazah dari dalam mobil jenazah (ilustrrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Hampir separuh dari 228 kasus kematian pasien positif Covid-19 di Sumatra Selatan hingga 23 Agustus 2020 merupakan orang-orang dengan rentang usia 55 hingga 69 tahun. Mereka mayoritas memiliki komorbid atau penyakit bawaan.

Berdasarkan data harian Satgas Penanganan COVID-19 Sumsel, Senin (24/8), total 228 kasus positif yang meninggal tersebut mencatatkan rasio 5,53 persen dari 4.125 total kasus konfirmasi positif. Angka ini terbilang lebih tinggi dari rerata naisonal yang mencatatkan rasio 4,3 persen.

Baca Juga

"Tapi Sumsel bukan yang paling tinggi dalam angka kematian di Indonesia, Sumsel ada di urutan ke sembilan perhari ini," kata Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Sumsel, Yusri.

Menurut data satgas, kasus meninggal dan jumlahnya diurutkan berdasarkan rentang usia mulai dari kurang dari satu tahun (0 meninggal), usia 1 hingga 4 tahun (dua orang meninggal), 5 hingga 14 tahun (dua meninggal), 15 hingga 19 tahun (dua meninggal), 20 hingga 44 tahun (26 meninggal). Kemudian usia 45 hingga 45 tahun (56 meninggal), 55 hingga 69 tahun (106 meninggal), lebih dari 70 tahun (26 meninggal) dan dalam proses verifikasi delapan orang.

Sedangkan menurut daftar komorbid, hipertensi menempati urutan pertama penyakit bawaan pada kasus positif yang meninggal yakni 55 kasus, lalu diabetes militus (39 kasus), tuborkolosis (14 kasus), jantung (13 kasus), asma (11 kasus), stroke (sembilan kasus), ginjal (enam kasus), gastritis (empat kasus), dan sisanya PPOK, tyfoid, hipertiroid, DBD serta HIV.

"Kasus meninggal banyak yang terlambat mendapat penanganan dan saat dirawat kondisi klinisnya sudah berat, sebab awalnya karena tidak menyadari terserang Covid-19," tambahnya.

Sementara pakar biomolekular dari Fakultas Kedokteran Unsri, Prof Yuwono, menambahkan bahwa orang dewasa dan manula harus menjadi fokus penanganan Covid-19 karena lebih rentan dibanding usia bayi serta anak-anak. "Bayi 90 persen mendapat proteksi imunitas dari ASI, selain itu reseptor tempat Covid-19 menempel (ACE2) belum aktif sehingga probabilitas untuk positif kecil. Kalaupun meninggal lebih besar disebabkan faktor infeksi bakteri," jelasnya.

Sebaliknya menurut dia pada orang dewasa dan lansia ACE2 yang berfungsi mengatur tekanan darah sudah aktif, sehingga mudah bagi Covid-19 berkembang di dalam tubuh serta memperparah kodisi klinis jika terdapat penyakit bawaan.

Ia juga meminta orang dewasa dan lansia yang masuk dalam kategori suspek seperti baru pulang dari luar negeri, kontak erat dengan kasus positif dan terkena ISPA agar segera memeriksakan diri dengan uji swab sebagai deteksi dini Covid-19.

Terpisah, anggota tim ahli Penanganan Covid-19 Sumsel bidang epidemiologi, Dr Iche Andriani Liberty, mengingatkan masyarakat yang mengalami gejala Covid-19 agar tidak termakan dengan stigma negatif Covid-19. Karena kodisi seperti itu hanya akan memperburuk kondisi klinis. "Kebanyakan masyarakat baru ketahuan positif begitu kondisinya sudah parah karena takut memeriksakan diri di awal-awal," kata dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement