Senin 24 Aug 2020 09:50 WIB

Qantas Airways tak Buka Rute Internasional Hingga 2021

Layanan penerbangan Qantas Airways akan bergantung pada tersedianya vaksin Covid-19.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Kepala eksekutif Qantas Airways Alan Joyce mengatakan rute internasional tidak akan dibuka kembali hingga pertengahan 2021.
Foto: Dean Lewins/AAP Image via AP
Kepala eksekutif Qantas Airways Alan Joyce mengatakan rute internasional tidak akan dibuka kembali hingga pertengahan 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Kepala eksekutif Qantas Airways Alan Joyce mengatakan rute internasional tidak akan dibuka kembali hingga pertengahan 2021. Dia mengatakan layanan penerbangan akan sangat tergantung kepada vaksin Covid-19 yang dapat tersedia secara meluas.

Joyce mengatakan rute akan dibuka kembali di setiap negara namun tergantung kepada perkembangan penyebaran virus. “Amerika Serikat (AS) dengan tingkat prevalensi yang ada, mungkin akan membutuhkan waktu. Mungkin perlu vaksin sebelum kita bisa melihat itu terjadi,” kata Joyce dikutip dari AP News, Ahad (23/8).

Baca Juga

Joyce menilai potensi adanya vaksin Covid-19 dimungkinkan baru akan ada pada pertengahan atau akhir tahun depan. Negara-negara seperti AS menurutnya mungkin menjadi negara pertama yang menggunakan vaksin secara luas.

“Sehingga itu bisa berarti bahwa AS dilihat sebagai pasar yang potensial pada akhir 2021,” ujar Joyce.

Sementara itu, Joyce memastikan Qantas Airways saat ini dalam posisi keuangan yang lebih baik. Khususnya jika dibandingkan sebagian besar maskapai yang tengah berupaya bertahan saat pandemi.

“Kami yakin, pengeluaran tunai terendah di antara grup maskapai penerbangan besar mana pun di dunia,” tutur Joyce.

Dia mengatakan pengeluaran sebesar 29 juta dolar AS dalam sepekan memang menjadi angka yang besar. Hanya saja, Joyce menilai angka tersebut jauh lebih rendah daripada maskapai lain di Amerika Utara dan Eropa.

Maskapai penerbangan Australia tersebut melaporkan laba sebelum pajak sebesar 89 juta dolar AS pada semester satu 2020. Angka tersebut memperlihatkan penurunan sebesar 90,6 persen dari periode yang sapa pada 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement