Sabtu 22 Aug 2020 10:14 WIB

Akhir Hidup Bayi Kembar Siam Rahman-Rahim

Rencananya operasi akan dimajukan pada Juli, karena Covd-19, operasi urung dilakukan.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Bilal Ramadhan
Orang tua bayi kembar siam Rahman-Rahim,
Foto: Romi Darma Rahim (kanan) dan Ika Mutia Sari (
Orang tua bayi kembar siam Rahman-Rahim,

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Peringatan Tahun Baru Islam 1442 Hijriah menjadi hari yang tak akan pernah terlupakan untuk pasangan suami istri, Romi Darma Rahim (35 tahun) dan Ika Mutia Sari (30 tahun). Pasalnya, putra kembar siam mereka, Ahmad Rahman Al-Ayyubi dan Ahmad Rahim Al-Ayyubi, yang belum genap berusia dua tahun harus meregang nyawa.

Ditemui di kediamannya di RT 14 RW 09, Jalan Bintara Jaya 4, Kelurahan Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Ika menuturkan, semula kedua anak mereka rewel dan sempat panas badannya. Namun, Ika tak buru-buru membawanya ke rumah sakit lantaran hal itu memang sering terjadi kepada dua putranya. Lalu, suhu badan Rahman-Rahim tak kunjung turun.

Menjadi ibu dari anak yang terlahir istimewa memang membuat mental dan batin Ika lebih kuat dan terlatih. Akan tetapi, ketika putranya dibawa ke RSUD Chasbullah Kota Bekasi, pada Rabu malam 23.30 WIB, ibu empat anak ini roboh juga.

“Saya sempat gak percaya. Karena anak ini pernah sakit lebih parah kemudian sembuh. Seharusnya akhir tahun ini mereka menjalani operasi pemisahan,” tutur Ika, kepada wartawan, Jumat (21/8).

Begitupun dengan Romi, ia mengatakan saat ini masih mencoba mengikhlaskan kepergian dua putranya itu. Menurutnya, tidak mudah melepaskan dua putra kembarnya itu, namun sebagai orang tua ia merasa telah berikhtiar melakukan segala upaya untuk kesembuhan putranya itu.

“Kalau dibilang belum ikhlas, ya belum. Tapi saya dan istri sudah berikhtiar yang terbaik,” ujar dia.

Romi tentunya masih mengingat saat-saat kedua putra mereka lahir pada 24 September 2018 lalu. Diceritakan Romi, kelahiran putra kembar siam mereka itu menjadi perhatian banyak pihak termasuk Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Rencananya, Rahman-Rahim akan menjalani operasi pemisahan pada akhir tahun ini. Selama ini, keduanya mendapatkan bantuan dari pemerintah dan juga platform penggalana dana di Kita Bisa. Rencana operasi pemisahan ini sempat membuat harapan kedua pasangan ini kembali menggelora.

“Senangnya bukan main ya, istilah kasarnya ya kalau sudah di rumah sakit sampai titik ujungnya itu adalah operasi,” terang Ika.

Ika bercerita, pada Februari lalu, kondisi kesehatan dua putra kembarnya sempat drop. Sejak lahir, kondisi Rahman memang lebih aktif dibandingkan Rahim. Ini lantaran Rahim punya penyakit bawaan yakni Dandy Walker. Hal tersebut membuat perkembangan motoriknya lebih lambat daripada Rahman.

Pada awal tahun, kedua anak kembar Romi dan Ika ini sempat dirawat selama satu bulan di Harapan Kita dan bisa pulang ke rumah. Kemudian, gejala serupa seperti panas tinggi dan berkurangnya nafsu makan kembali terjadi.

Kemudian, pada April lalu, saat kasus Covid-19 sedang tinggi-tingginya Rahman-Rahim kembali dilarikan ke rumah sakit. “(bulan) April juga dua minggu kita lakukan tes (swab). Kemudian Rahman-Rahim diisolasi, karena kan ada masalah paru-parunya. Ternyata setelah keluar hasilnya itu karena riwayat sakit pneumonia,” terang dia.

Ika mengaku, rencana operasi pemisahan anak kembarnya itu sempat ingin dimajukan pada Juli tahun ini. Namun, lantaran kondisi Covid-19 yang masih terus meninggi sampai hari ini, hal itu urung dilakukan. Rencana operasi pemisahan pun harus pupus karena Rahman dan Rahim telah kembali ke Rahmatullah.

“Kalau ingin sampai tujuan (dioperasi) ya tentu. Memang kehendaknya (tidak) begitu ya ternyata kami harus ikhlas,” tutur Ika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement