Jumat 21 Aug 2020 08:57 WIB

Sisa Supernova Bergerak 25 Ribu Kali Lebih Cepat dari Suara

NASA menemukan materi sisa supernova bergerak dengan kecepatan 20 juta mil per jam.

Rep: Mabruroh/ Red: Dwi Murdaningsih
Supernova (ilustrasi).
Foto: Science Alert
Supernova (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para astronom menggunakan teleskop Chandra X-ray Observatory merekam materi yang menjauh dari ledakan bintang atau supernova dengan kecepatan lebih dari 20 juta mil per jam. Badan Antariksa AS (NASA) menunjukkan bahwa kecepatan itu sekitar 25 ribu kali lebih cepat dari kecepatan suara di Bumi.

Diketahui, pada awal 1604, astronom Johannes Kepler, mengamati ledakan supernova yang dinamai Kepler. Bintang itu meledak berjarak sekitar 20.000 tahun cahaya dari Bumi di galaksi Bima Sakti. Ledakan itu termasyk supernova tipe Ia yang dihasilkan dari ledakan bintang katai putih yang kecil dan padat.

Baca Juga

Kini, studi baru  tersebut melacak 15 "simpul" kecil puing-puing sisa supernova Kepler yang bercahaya dengan sinar-X. Simpul puing tercepat diukur dengan kecepatan 23 juta mil per jam, kecepatan tertinggi yang tercatat untuk sisa supernova.

Kecepatan rata-rata knot adalah sekitar 10 juta mil per jam, dengan gelombang ledakan meluas sekitar 15 juta mil per jam. Para ilmuwan menggunakan urutan gambar baru dalam perkiraan kecepatan terbaru mereka yang melihat sinar-X dalam warna merah, hijau, dan biru yang masing-masing mengungkapkan sinar-X energi rendah, sedang, dan tinggi.

Dilansir dari Slashgear pada Jumat (21/8), temuan menarik dalam penelitian ini adalah beberapa simpul puing dari supernova Kepler hampir tidak melambat karena tabrakan dengan material yang mengelilingi sisa dalam 400 tahun sejak ledakan pertama kali terlihat. Ada 15 knot material bergerak menjauh dari lokasi ledakan dengan delapan bergerak menjauh dari Bumi dan dua lainnya bergerak ke arahnya.

Mengenai mengapa materi tersebut bergerak sangat cepat, para ilmuwan tidak yakin. Ilmuwan percaya bahwa supernova mungkin berasal dari Type Ia yang sangat terang, yang dapat menjelaskan beberapa puing yang menembus daerah dengan kepadatan rendah dan tidak melambat.  Para peneliti percaya bahwa mungkin ada penggabungan antara dua katai putih untuk menciptakan ledakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement