Kamis 20 Aug 2020 17:56 WIB

Banjir Sulut Kekacauan di India

Hampir 1.300 orang meninggal dunia akibat banjir besar di India

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Seorang pekerja membersihkan  lubang got di jalan yang banjir saat hujan deras di Mumbai, India, ilustrasi
Foto: AP / Rafiq Maqbool
Seorang pekerja membersihkan lubang got di jalan yang banjir saat hujan deras di Mumbai, India, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Hujan deras mengakibatkan banjir besar di wilayah ibu kota India, New Delhi dan sekitarnya selama beberapa hari terakhir. Jumlah korban meninggal dunia akibat banjir tahunan di seluruh Asia Selatan meningkat menjadi hampir 1.300 orang.

Di wilayah kota Gurgaon, yang dijuluki Kota Millenium digenangi air pada Rabu (20/8) sehingga memaksa pemadaman listrik di beberapa wilayahnya. Rakit dikerahkan untuk mengevakuasi orang di beberapa daerah.

Baca Juga

Di New Delhi, komuter tergenang air setinggi lutut orang dewasa. Mobil dan bus juga turut terendam yang menambah kesengsaraan lalu lintas di kota berpenduduk 20 juta orang itu.

Museum-museum di Jaipur negara bagian Rajasthan yang sebagian besar gurun juga turut terendam banjir. Staf museum mengatakan, mereka terpaksa membuka etalase kaca yang berisi mumi Mesir berusia 2.300 tahun untuk menyelamatkannya dari air hujan yang membanjiri lantai dasar.

"Para pekerja memecahkan kaca kotak dan mengeluarkan mumi itu Jumat lalu setelah permukaan air mulai naik," kata pengawas Museum Albert Hall Rakesh Cholak dikutip laman Aljazirah, Kamis (20/8).

"Kotak peti mati agak basah, tapi kami sudah mengeringkannya," ujarnya menambahkan.

Kementerian Dalam Negeri India mencatat, di seluruh India, 847 orang tewas sepanjang musim hujan ini. Sementara di negara bagian Kerala di barat daya saja, jumlah korban tewas akibat satu tanah longsor meningkat menjadi 61 pada Rabu (20/8), dengan catatan sembilan orang masih hilang.

Di negara bagian termiskin di India, Bihar, delapan juta orang telah terdampak banjir. Sementara ribuan orang terlantar tidur di tanggul dan jalan raya di tengah kekurangan kamp bantuan.

Hujan tahun ini juga datang setelah hancurnya ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona. Tanaman yang terkena banjir merupakan pukulan lebih lanjut bagi petani dan masyarakat perdesaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement