Kamis 20 Aug 2020 12:57 WIB

Ada Bansos, Harga dan Permintaan Beras di Pasaran Stagnan

Saat ini Kabupaten Indramayu tengah memasuki panen padi.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Stok beras di Gudang Bulog Subdrive Indramayu, Jawa Barat.
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Stok beras di Gudang Bulog Subdrive Indramayu, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Harga beras maupun permintaan beras dari konsumen di tingkat pedagang pasar dalam kondisi stagnan, meski kini sudah mulai masuk masa panen. Hal itu menyusul adanya penyaluran bantuan sosial (bansos) dimana salah satu komponennya adalah beras.

Salah seorang pedagang beras di Pasar Mambo Indramayu, H Jana, menyebutkan, untuk beras medium, harganya berkisar antara Rp 9.500 - Rp 10.500 per kilogram (kg), tergantung kualitasnya. Sedangkan harga beras premium, ada di kisaran Rp 11 ribu – Rp 12 ribu per kg. "Harganya stagnan, tidak naik, tidak turun," ujar Jana, Kamis (20/8).

photo
Buruh panen padi memanen padi di Blok Ki Buyut Depong, Desa Terusan, Kecamatan Sidang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jabar. Untuk tiap satu karung gabah kering hasil panen dengan berat 55 kg, para buruh panen padi ini menerima upah sebesar Rp 264 ribu. - (Agus Yulianto/Republika)

Selain harganya yang stagnan, permintaan beras dari konsumen juga dalam kondisi stagnan. Dia menyebutkan, permintaan beras dari konsumen rata-rata mencapai lima kuintal per hari.

Jana menilai, kondisi itu dipengaruhi oleh adanya program bansos yang dikucurkan pemerintah untuk membantu warga yang terdampak pandemi Covid-19. Dengan demikian, sebagian masyarakat saat ini tidak melakukan pembelian beras dalam jumlah besar di pasar.

"Kalau tidak ada bansos, harga beras bisa naik karena sekarang belum banyak yang panen," tutur Jana.

Jana mengatakan, meski saat ini musim panen baru saja dimulai, namun dia tidak kesulitan memperoleh pasokan beras. Dia memperoleh pasokan beras dari wilayah Indramayu.

Seperti diketahui, produksi beras asal Indramayu selama ini memang tinggi. Bahkan, tercatat sebagai yang tertinggi di Indonesia.

Hal itu terungkap dari perolehan penghargaan Kabupaten dengan Produksi Beras Tertinggi di Indonesia, dari Menteri Pertanian kepada Kabupaten Indramayu.

Adapun produksi padi yang dicapai Kabupaten Indramayu pada 2019 sebanyak 1.376.429 ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan produksi beras sebanyak 789.657 ton.

Plt Bupati Indramayu, Taufik Hidayat, menjelaskan, dalam upaya pencapaian target produksi beras dan padi, Pemkab Indramayu telah mengeluarkan Perda Nomor 16 Tahun 2013 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

"Dengan regulasi tersebut, Pemkab Indramayu berupaya melindungi lahan pertanian supaya tidak terjadi alih fungsi," kata Taufik.

Taufik mengakui, meski Kabupaten Indramayu berhasil mencapai produksi gabah dan beras yang tinggi, namun dalam pencapaiannya masih ditemukan berbagai kendala. Di antaranya, menyangkut sistem irigasi dan ketersediaan stok pupuk.

Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang. Dia mengatakan, meski produksi beras Indramayu tinggi, namun ada sejumlah kendala yang masih dihadapi petani.

Di antaranya, kekurangan pasokan air yang dialami beberapa kecamatan di Kabupaten Indramayu maupun kekurangan pupuk bersubsidi yang acapkali dialami petani.

"Kalau semua bisa teratasi, Insya Allah produksi beras di Kabupaten Indramayu bisa lebih tinggi," tandas Sutatang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement