Rabu 19 Aug 2020 17:41 WIB

Hotel di Yogya Tolak Turis yang Langgar Protokol Kesehatan

Penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di hotel pun dilakukan dengan ketat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andi Nur Aminah
Penyambut tamu menggunakan sarung tangan dan masker di Hotel Grand Inna Malioboro,  Yogyakarta, Jumat (5/6). Menyambut era new normal pandemi virus corona, Hotel Grand Inna Malioboro menggunakan protokol kesehatan ketat
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Penyambut tamu menggunakan sarung tangan dan masker di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, Jumat (5/6). Menyambut era new normal pandemi virus corona, Hotel Grand Inna Malioboro menggunakan protokol kesehatan ketat

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- DI Yogyakarta sudah mulai ramai dikunjungi wisatawan di tengah pandemi Covid-19. Terlebih saat libur akhir pekan dan menjelang libur panjang saat ini.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo mengatakan, penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di hotel pun dilakukan dengan ketat. Hal ini berlaku bagi karyawan hotel dan wisatawan yang akan menginap di hotel yang ada di DIY.

Baca Juga

Ia menyebut, masih ada wisatawan yang masih enggan menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Bahkan, sudah ada tamu hotel yang ditolak karena tidak bersedia menerapkan protokol kesehatan.

"Untuk liburan kemarin ada beberapa hotel yang menolak tamu karena tidak mau menerapkan protokol karena hal sepele tidak mau memakai masker dan mencuci tangan. Ini menunjukkan kita tidak hanya sekadar menerima tamu, kita betul-betul menjaga properti dan staf kita," kata Deddy di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Rabu (19/8).

Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi penularan Covid-19 yang lebih luas di sektor pariwisata, khususnya hotel dan restoran. Ia menegaskan, peran masyarakat juga diharapkan agar menciptakan suasana aman dari Covid-19.

"Kita upayakan agar tidak ada klaster baru (penyebaran Covid-19) dan ini harus diwaspadai. Ini salah satu langka bagi kita untuk mendidik wisatawan," ujarnya.

Mulai menggeliatnya sektor pariwisata di DIY, kata Deddy, merupakan hal yang membanggakan. Terlebih, perekonomian di DIY sebagian besarnya ditopang oleh sektor pariwisata.

Walaupun begitu, untuk meningkatkan laju perekonomian yang terdampak Covid-19, harus diiringi dengan penerapan protokol yang ketat. "Pajak hotel dan restoran ini PAD terbesar di Kota Yogya. Harus selaras dan berjalan seimbang antara ekonomi dan kesehatan. Dalam arti jangan sampai kita terpapar ekonominya dan tertular kesehatannya," jelas Deddy.

Ketua Satgas Covid-19 PHRI DIY, Herryadi Baiin mengatakan, saat ini belum seluruh hotel di DIY yang beroperasi. Hotel yang belum beroperasi sekitar 30-an hotel dari total 350 hotel yang ada di bawah koordinasi PHRI DIY.

Tiap hotel yang sudah beroperasi, masing-masingnya memiliki Satgas Covid-19. Selain menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, wisatawan yang akan memasuki hotel harus mengantongi hasil tes Covid-19, khususnya yang datang dari zona merah Covid-19.

"Tamu yang datang diseleksi dan dari zona merah harus menunjukkan hasil tes baik rapid test maupun PCR. Kami juga berkoordinasi dengan Satpol PP dan dinas pariwisata se-DIY, kami ingin supaya kita bisa jalan bersama," ujarnya.

 

sumber :
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement