Rabu 19 Aug 2020 10:11 WIB

Ahmadiyah dan Syiah Tumbuh Agresif di Afrika, Ada Apa? 

Ahmadiyah dan Syiah berkembang pesat di wilayah Benua Afrika.

Rep: Puti Almas/ Red: Nashih Nashrullah
Ahmadiyah dan Syiah berkembang pesat di wilayah Benua Afrika. Ilustrasi umat islam afrika.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Ahmadiyah dan Syiah berkembang pesat di wilayah Benua Afrika. Ilustrasi umat islam afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, Selama hampir satu dekade, terdapat dua kelompok aliran yang menyebar secara cepat di Afrika. Yaitu komunitas Muslim Ahmadiyah, yang berasal dari Asia Selatan. Selain itu ada Syiah, yang merupakan cabang terbesar kedua Islam di dunia. 

Ahmadiyah mungkin menjadi sekte Muslim paling kontroversial di dunia Islam. Didirikan pada akhir abad ke-19 oleh Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, British India, para pengikutnya percaya pada ajaran-ajaran yang tidak ortodoks yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia Islam. 

Baca Juga

Mereka tidak percaya pada doktrin kunci finalitas nubuat, di mana Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir karena pendiri Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad, menurut kepercayaan aliran tersebut diyakini sebagai nabi. Ahmadiyah juga percaya bahwa Ahmad adalah Mahdi yang dijanjikan dalam Islam dan sekaligus Mesias, serta Yesus yang diyakini umat Kristiani (Nabi Isa AS dalam Islam) hidup di Kashmir dan dimakamkan di sana. 

Pandangan mereka tentang jihad juga sangat berbeda dengan Islam secara murni. Mirza Ghulam Ahmad percaya bahwa penggunaan jihad militer tidak lagi dibutuhkan di zaman sekarang dan semua tindakan kekerasan tidak memiliki justifikasi atas nama jihad. 

 

Sekte ini juga memiliki khalifah turun-temurun yang berbasis di kantor pusat Ahmadiyah di Inggris. Dalam arti tertentu, Ahmadiyah menempati posisi yang mirip dengan Gereja Mormon dalam agama Kristen. Meski memiliki keyakinan yang eksentrik dan aneh bagi penganut agama mayoritas, tetapi sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang damai.

Namun, tidak seperti Mormon, Ahmadiyah adalah salah satu agama minoritas yang paling teraniaya di dunia. Mereka dianggap non-Muslim di negara asalnya, yaitu di Pakistan dan menjadi sasaran pembunuhan yang ditargetkan selama beberapa dekade. Sering kali pengeboman dan penghancuran tempat ibadah mereka, yaitu masjid namun secara eksplisit dilarang disebut demikian dilakukan. 

Paspor Pakistan milik warga yang menganut aliran Ahmadiyah ditolak, kecuali mereka mencela pendirinya. Semua ini adalah hasil dari undang-undang yang disebut Ordonansi XX, yang diterapkan sejak 1974 oleh mantan presiden Pakistan Zia ul-Haq selama kampanye. 

Umat Ahmadiyah sering dituduh melakukan penistaan dan bulan lalu, seorang Ahmadi (ganggilan umai aliran ini) di Amerika ditembak mati setelah diadili pengadilan Pakistan dengan tuduhan penodaan agama. Penembak itu langsung dipuji sebagai ‘pahlawan’ di Pakistan.

Oleh karena itu, bagi sekitar 600 ribu hingga 4 juta Ahmadi yang tinggal di Pakistan, kehidupan terasa sangat berat dan banyak yang akhirnya memutuskan pindah negara. Tapi intoleransi terhadap mereka dari mayoritas Muslim lainnya menyebar, dengan penyerangan Ahmadiyah di Inggris.  

Masjid mereka telah dibakar di negara-negara mayoritas Muslim Asia lainnya seperti Indonesia dan Bangladesh.Secara demografis, pertumbuhan Ahmadiyah kemungkinan besar akan sangat terbatas di luar pertumbuhan alami di tempat asalnya.   

Pendidikan anti-Ahmadiyah selama puluhan tahun telah mendorong gagasan bahwa “Ahmadi adalah kafir dan penghujat” dalam jiwa Muslim Asia Selatan dan Tenggara. Anggota sekte menjadi sasaran penganiayaan di Pakistan.  

Untuk bertahan dan berkembang, Ahmadi membutuhkan terobosan di tempat lain. Afrika mungkin akan menjadi ladang misi terbesar untuk dakwah Ahmadiyah yang agresif.  

Ahmadiyah memiliki sejarah panjang dalam dakwah dan pengiriman misionaris, dengan beberapa misionaris Islam pertama di Barat adalah Ahmadi. Mereka juga secara agresif mengubah sesama Muslim di Asia sebelum sikap keras yang muncul.

Ahmadi juga punya sejarah panjang di Afrika. Para misionaris pertama tiba seabad yang lalu di Afrika Barat dan telah sukses secara spektakuler di antara orang Afrika, terutama di Nigeria, Tanzania, Ghana, Sierra Leone, dan Nigeria yang secara kebetulan juga akan menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam hal populasi.  

Sebagai persentase dari populasi nasional, Sierra Leone diperkirakan memiliki 10-16 persen Ahmadiyah, persentase tertinggi di dunia dan jauh lebih tinggi daripada di Pakistan. Di Ghana, Muslim Ahmadiyah juga merupakan lebih dari seperenam populasi Muslim dan mengoperasikan ratusan sekolah, perguruan tinggi dan stasiun radio.  

Di Burkina Faso, stasiun radio Ahmadiyah bersaing secara agresif dengan stasiun-stasiun Muslim Sunni untuk menyebarkan dakwah Muslim Afrika yang sebelumnya sebagian besar non-denominasi yang menggabungkan kepercayaan animisme tradisional mereka yang sinkron dengan mistisisme Sufi. 

Langkah ini terbayar dengan dibangunnya ratusan masjid Ahmadiyah di Afrika, dengan acara-acara Ahmadiyah dihadiri para pejabat dan bahkan ulama Muslim lainnya di Afrika. Di Afrika, banyak Muslim arus utama termasuk ulama tidak menganggap Ahmadiyah sebagai sesat, sangat kontras dengan yang terjadi di Asia Selatan.   

Presiden Sierra Leone bahkan menghadiri acara Ahmadi, sesuatu yang tidak terpikirkan di banyak negara mayoritas Muslim lainnya. Dari sekitar 12 juta Ahmadi di dunia, sebagian besar dari mereka kini tinggal di Afrika. 

photo
Ilustrasi Muslim di Afrika- ()

Menurut Pew Research, 15 persen Muslim Tanzania adalah Ahmadi, yang berarti lebih dari 2 juta orang, dan 3 persen Muslim Nigeria adalah Ahmadi, yang berarti populasi Ahmadi adalah 2-3 juta. 

Di luar Asia Selatan, satu-satunya wilayah kekuatan demografis Ahmadiyah adalah di sub-Sahara Afrika, di mana terdapat minoritas yang cukup besar yang juga menghadapi diskriminasi dan penganiayaan jauh lebih sedikit.  

Dalam banyak hal, dapat dikatakan bahwa Ahmadi mendapatkan jackpot demografis. Tanzania dan Nigeria sedang dalam perjalanan untuk memasuki 10 negara teratas dunia berdasarkan ukuran populasi.  

Kedua negara memiliki tingkat kesuburan total di atas 5, dan Ahmadiyah juga merasakan manfaat dari keragaman agama di Afrika. Berbeda dengan negara-negara di Asia dan dunia Arab, negara-negara Afrika dengan populasi Muslim yang besar juga seringkali memiliki populasi Kristen dan animisme yang besar. 

Ini berarti sikap mayoritas terhadap Ahmadiyah secara politis dan demografis tidak mungkin diterapkan di Afrika, tidak seperti di Asia Selatan. 

Namun dalam jangka panjang, pengaruh demografis yang meningkat dari orang Afrika di dunia Ahmadiyah pasti akan berdampak pada kepemimpinan komunitas aliran tersebut. Kepemimpinan Ahmadiyah hampir secara eksklusif di Asia Selatan, tidak hanya berupa Khalifah, tetapi juga para misionaris yang datang ke Afrika dan bertanggung jawab atas urusan di negara yang ditugaskan masing-masing.  

Orang Asia Selatan menjalankan stasiun radio, menyampaikan pidato pembukaan ketika masjid baru dibuka dan memimpin program misionaris. Tetapi karena Muslim Asia Selatan terikat untuk menjadi minoritas di dunia Ahmadiyah saat Ahmadiyah Afrika pindah agama dan juga berkembang pada tingkat yang jauh lebih tinggi, itu pasti akan berubah.  

Ahmadiyyah telah mendirikan dan memperluas seminari mereka disebut Jamia Ahmadiyya di Afrika, yang membuka cabang baru di Ghana, Nigeria, Tanzania, Sierra Leone dan Kenya. Tak pelak lagi, pada paruh akhir abad ini, Afrika akan menjadi pusat demografi gerakan Ahmadiyah. 

Bahkan mungkin menjadi formula rahasia bagi Ahmadiyah untuk menjadi sekte Islam yang tumbuh paling cepat di dunia, karena populasi diharapkan menjadi dua kali lipat, tiga kali lipat, dan empat kali lipat di banyak negara Afrika di mana Ahmadiyah memiliki banyak pengikut. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement