Selasa 18 Aug 2020 16:43 WIB

Ini Penjelasan SMAN 72 Jakarta Soal Dugaan KBM Tatap Muka

Sejumlah siswa datang ke sekolah hanya mengambil buku-buku pinjaman perpustakaan.

Rep: Ratih Widihastuti/ Red: Bilal Ramadhan
Gedung Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 72 Jakarta
Foto: Ratih Widihastuti
Gedung Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 72 Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beredar informasi adanya sejumlah sekolah yang menggelar kegiatan belajar mengajar tatap muka. Salah satunya SMAN 72 Jakarta yang masuk dalam zona merah di wilayah Jakarta Utara.

Kepala Sekolah SMAN 72, Dudung Abdul Khidir, menjelaskan tidak ada kegiatan belajar mengajar selama pandemi Covid-19 di Wilayah DKI Jakarta. Hanya kegiatan mengembalikan buku pelajaran yang dilakukan pada pekan ini.

"Tidak ada kegiatan belajar mengajar, jadi saya klarifikasi lagi, ini sebenarnya hanya kesalahan data dapodik (data pokok pendidikan) saja, ada beberapa yang belum dilaporkan tetapi kemari jumaat sudah tuntas di disdik untuk pelaporannya, kemudian pihak kami sudah klarifikasi ke bagian dapodik dan disdik," kata Dudung, Selasa, (18/8).

Humas SMAN 72 Jakarta, Ratna Sari, mengatakan, pihaknya tidak akan membuka sekolah dalam situasi Covid-19. Adapun yang membuat orang mengira sekolah melakukan KBM tatap muka karena beberapa hari lalu meminta siswa mengambil buku-buku pinjaman perpustakaan.

 

"Mungkin karena kemarin ramai anak murid yang ambil baju seragam dan buku sekolah oleh karena itu banyak mengira melakukan kegiatan sekolah, padahal tidak. Kami tetap mendukung PPJ, karena berdasarkan data angket yang dilaporkan 80 persen orangtua belum mengizinkan anaknya sekolah saat situasi Covid-19, dan pastinya karena wilayah ini masuk ke komplek Lantamal TNI AL, pasti ketat peraturannya," kata Ratna.

Ratna mengaku kecewa dengan pihak yang menginformasikan data sembilan sekolah yang melakukan KBM tatap muka meski dalam zona merah, tanpa mengkonfirmasi terlebih dahulu. Ia meminta agar siapapun berhati-hati sebelum mengutipkan data-data penting.

"Ya seharusnya mereka konfirmasi dahulu, jangan sampai buat keresahan masyarakat, kami jadi ditegur banyak orang. Padahal ini hanya kesalahan data di angket dapodik," kata Ratna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement