Selasa 18 Aug 2020 14:27 WIB

Cerita Adzan, Siswa Madrasah Pertama yang Jadi Paskibraka

Dari Paskibraka, Adzan berharap bisa diterima taruna di Akademi Kepolisian.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Indira Rezkisari
Muhammad Adzan, siswa madrasah asal NTB yang menjadi salah satu pengibar bendera pusaka pada upacara HUT RI ke-75 di Istana Negara pada Senin (17/8).
Foto: Dok. Kemenag
Muhammad Adzan, siswa madrasah asal NTB yang menjadi salah satu pengibar bendera pusaka pada upacara HUT RI ke-75 di Istana Negara pada Senin (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad Adzan menjadi siswa madrasah pertama yang menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibaraka) tahun 2020 dari unsur madrasah. Dalam upacara bendera di Istana Presiden kemarin, remaja 17 tahun asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) mendapat tugas membentangkan bendera merah putih.

Hari ini Adzan diterima oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad Ali Ramdhani di kantornya. Tiba ke kantor Kemenag pukul 12.00 WIB, remaja kelahiran Kupang, 13 April 2003, diantar oleh Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga, Asrorun Niam Sholeh.

Baca Juga

Dalam perbincangan yang berlangsung sekitar satu jam, siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bima ini mendapat motivasi untuk terus mempertahankan prestasi dalam bidangnya dan meneruskan ke jenjang lebih tinggi yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Adzan mengungkapkan, ia berkeinginan kuat untuk mendaftar menjadi taruna di Akademi Kepolisian pada saat lulus nanti.

Bermodal tinggi 180,5 cm, penampilan fisik memadai dan kemampuan baris berbaris serta latihan fisik, Adzan meminta dukungan agar dapat mencapai apa yang dicita-citakannya.

Bagi Kemenag, peran serta putra kedua pasangan Muhammad Daud dan Vivililiana ini dianggap mendongkrak citra madrasah dalam kancah Paskibraka. Selama ini untuk urusan baris berbaris dan Paskibraka, sumber daya yang dominan masih dari SMA atau sekolah umum, sedangkan madrasah belum pernah sekalipun memiliki delegasi yang berhasil lolos hingga seleksi akhir tingkat nasional.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Ali Ramdhani mengaku bangga dengan prestasi yang dicapai anak pedagang pakaian ini. Adzan merupakan siswa madrasah pertama yang berhasil menembus seleksi hingga menjadi tim inti pengibar bendera pusaka pada upacara resmi peringatan kemerdekaan di Istana Presiden.

"Hal ini meningkatkan optimisme kami untuk membina anak-anak madrasah dalam segala bidang," kata Ramdhani dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (18/8).

Sebagai penghargaan untuk memacu semangat Adzan dalam berkarya lebih keras, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag memberikan uang pembinaan sebesar Rp 10 juta dan sebuah Ipad untuk menunjang pembelajaran. Kemenag melihat Adzan ini menjadi model yang tepat sesuai jargon Madrasah Hebat Bermartabat.

"Paskibraka, elektronika, dan robotika merupakan pilihan-pilihan yang didorong oleh Kemenag agar siswa madrasah dapat menyalurkan prestasinya, selain dalam bidang pelajaran," ujar Ramdhani.

Adzan sukses menyingkirkan 400 pendaftar di tingkat kabupaten/kota, kemudian melaju ke jenjang seleksi yang lebih tinggi. Sebelum terpilih sebagai pengibar bendera utama tahun 2020 ini, ia dipilih dari 68 peserta di tingkat pusat. Pada tahun lalu, Adzan pertama kali terpilih sebagai anggota Paskibraka dan setelah itu prestasinya terus meningkat. Sebelumnya ia menjadi komandan kelompok (Danpok) dalam satuan Paskibraka di tingkat pusat.

Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Ahmad Umar merasa senang ada siswa madrasah yang tampil sehebat Adzan. "Saya sangat senang dan bahagia, di saat darurat Covid-19, salah satu siswa madrasah menunjukkan eksistensinya yang selama ini belum diperhitungkan," ujarnya.

Di depan Dirjen Pendis dan Direktur KSKK Madrasah, Adzan mengaku berterima kasih atas dukungan yang diberikan Kemenag kepadanya. "Ini menjadi bukti bahwa anak-anak madrasah mendapat dukungan penuh dari Kemenag untuk berprestasi dalam bidang apapun," katanya.

Dengan gaya tegasnya yang bersahaja, anak kedua dari empat bersaudara ini mengungkapkan kegembiraannya dengan bantuan dan bonus yang diberikan Kemenag. "Saya akan menggunakan Ipad untuk kelengkapan belajar, kalau uangnya akan saya berikan kepada orang tua karena saya belum pintar memegang uang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement