Selasa 18 Aug 2020 08:05 WIB

Minyak Naik Dipicu Rencana China Tingkatkan Impor dari AS

China akan mematuhi tahap pertama dari kesepakatan perdagangan dengan AS.

Harga minyak dunia (ilustrasi).
Foto: REUTERS/Max Rossi
Harga minyak dunia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak lebih tinggi pada akhir perdagangan Senin (17/8) atau Selasa (18/8) pagi WIB setelah produsen OPEC+ hampir sepenuhnya mematuhi kesepakatan pengurangan produksi global mereka untuk Juli. Kenaikan harga minyak global juga dipicu rencana China yang akan mematuhi tahap pertama dari kesepakatan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober terangkat 57 sen atau 1,3 persen, menjadi menetap pada 45,87 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan September naik 88 sen atau 2,1 persen, menjadi ditutup di 42,41 dolar AS per barel.

Baca Juga

Kepatuhan pemotongan produksi minyak OPEC+ terlihat di sekitar 97 persen pada Juli, dua sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters. Negara-negara penghasil minyak telah memangkas produksi pada tingkat rekor untuk mengekang pasokan dan mengurangi persediaan di seluruh dunia.

Di sisi lain, China memenuhi kesepakatan perdagangan yang ditandatangani kedua pihak pada Januari, kata Presiden AS Donald Trump pada Senin (17/8), meskipun negara tersebut sejauh ini gagal memenuhi janji pembelian produk-produk AS.

Perusahaan minyak milik negara China secara tentatif telah memesan kapal tanker untuk mengangkut setidaknya 20 juta barel minyak mentah AS untuk Agustus dan September.

"Ada indikasi peningkatan permintaan di China ... Kami tidak berada dalam pasar bergairah dalam jangka panjang tetapi berita tentang permintaan di China tampaknya benar-benar menjadi fokus pasar," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.

Para analis mengatakan, dolar yang melemah dan penurunan lebih lanjut dalam aktivitas pengeboran AS adalah di antara alasan yang memberikan beberapa dukungan terhadap harga minyak.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,25 persen menjadi 92,8591 pada akhir perdagangan Senin (17/8).

Perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan pada Jumat (14/8) bahwa jumlah rig minyak AS turun lagi empat rig menjadi 172 rig pada minggu lalu.

Investor juga sedang menunggu pertemuan komite menteri OPEC+ yang dikenal sebagai Joint Ministerial Monitoring Committee (JMMC) pada Rabu (19/8), yang akan meninjau kepatuhan pada pakta pengurangan pasokan minyak global, meskipun tidak ada perubahan dalam perjanjian tersebut.

Pada Agustus, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ mengurangi pemotongan yang disepakati menjadi 7,7 juta barel per hari (bph) dari 9,7 juta barel per hari sebelumnya. Kontrak berjangka Brent menunjukkan para pedagang memperkirakan persediaan tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang karena melemahnya permintaan.

Pekan lalu, Badan Informasi Energi AS (EIA) menyesuaikan permintaan minyak global lebih rendah, menunjukkan penurunan yang lebih kecil dari perkiraan sebelumnya dalam persediaan global.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement