Senin 17 Aug 2020 12:41 WIB

Mati Surinya Operator Bus Pariwisata

Industri pariwisata terpukul oleh pandemi Covid-19.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Bus Pariwisata (Ilustrasi)
Foto: persewaanbuspariwisata.blogspot.com
Bus Pariwisata (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat operator bus pariwisata hingga saat ini masih mati suri. Meski sektor transportasi lainnya mulai mengalami pemulihan, namun hal tersebut sama sekali belum terasa untuk operator bus pariwisata.

"Khususnya pariwisata, yang juga paling menderita," kata Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan dalam sebuah diskusi virtual akhir pekan kemarin.

Baca Juga

Sejak pandemi dengan berbagai kebijakan yang diterapkan, Kurnia mengatakan masyarakat sudah terbiasa beralih menggunakan kendaraan pribadi. Saat adaptasi kebiasaan baru mulai diberlakukan sekarang, Kurnia menuturkan peralihan tersebut belum berakhir.

"Peralihan ini akibat dari kebijakan pemerintah. Karena kebijakan yang tidak baik, jadi berdampak kepada kami operator," ungkap Kurnia.

 

Sementara itu, Ketua Perkumpulan Transportasi Wisata Indonesia (PTWI) Yuli Sayuti mengakui pandemi Covid-19 sangat berdampak langsung kepada pariwisata. Lalu pada akhirnya hal tersebut juga berdampak kepada operator bus pariwisata.

"Kami angkutan wisata kurang lebih ada 1.200 perusahaan dan hampir sekitar belasan ribu kendaraan yang saat ini sekitar 90 persen mati suri," jelas Yuli.

Yuli menilai hal tersebut semakin diperparah karena pandemi tidak menyusut. Saat ini, jumlah penderita Covid-19 juga semakin bertambah sehingga menurut Yuli membuat operator bus pariwisata semakin terpuruk dan menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di bidang angkutan wisata.

Dia menambahkan, dengan kondisi mati suri bus pariwisata, juga akan membuat banyak operator kehilangan kendaraan. "Yang akan datang juga mungkin akan terjadi penarikan kendaraan oleh pihak pembiayaan. Saya mohon suara kami bisa didengar pemerintah," ungkap Yuli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement