Ahad 16 Aug 2020 16:30 WIB

Produksi Sampah Italia Berkurang Selama Pandemi

Italia mengalami lonjakan besar penggunaan plastik selama keadaan darurat virus coron

Rep: Dwina Agustin/ Red: A.Syalaby Ichsan
epa08444973 Sampah sarung tangan lateks yang dibuang terletak di trotoar di Roma, Italia, Selasa (26/5). andemi penyakit coronavirus (COVID-19)
Foto: EPA-EFE / GIUSEPPE LAMI
epa08444973 Sampah sarung tangan lateks yang dibuang terletak di trotoar di Roma, Italia, Selasa (26/5). andemi penyakit coronavirus (COVID-19)

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Italia menghasilkan 10 persen lebih sedikit sampah selama karantina wilayah akibat virus korona. Hanya saja, peningkatan ketergantungan pada masker dan kemasan sekali pakai membahayakan upaya untuk mengurangi plastik sekali pakai yang berakhir di lautan dan pantai.

Institut Italia untuk Perlindungan dan Penelitian Lingkungan memperkirakan, selama bulan-bulan puncak karantina pada Maret dan April, produksi limbah perkotaan turun 500.000 ton. Penurunan itu memungkinkan tempat pembuangan di Italia untuk menyerap 300.000 ton limbah ekstra dari masker pelindung dan sarung tangan yang diperkirakan akan digunakan tahun ini.

"Secara substansial, angka-angka tersebut akan saling seimbang pada akhir tahun ini," ujar kepala lembaga pengelolaan limbah dan perputaran ekonomi, Valeria Frittelloni.

Meski demikian,  pandemi tersebut merupakan pukulan bagi upaya untuk mengurangi plastik sekali pakai di banyak tempat. PBB, Greenpeace, organisasi lingkungan Marevivo Italia dan kelompok serupa lainnya memperingatkan ketergantungan terus-menerus pada plastik sekali pakai akan menimbulkan risiko jangka panjang terhadap lingkungan.

Kondisi ini terutama berlaku untuk negara dengan garis pantai yang panjang di sepanjang Laut Mediterania. Wilayah tersebut akan diganggu oleh serpihan kecil plastik rusak yang disebut mikroplastik. "Kami belum memiliki perkiraan berapa banyak dari benda-benda itu yang dibuang ke lingkungan, tetapi yang pasti adalah bahwa semua yang telah ditinggalkan cepat atau lambat akan mencapai laut," kata kepala anti- kampanye polusi di Greenpeace Italia, Giuseppe Ungherese.

Italia mengalami lonjakan besar dalam penggunaan plastik selama keadaan darurat virus korona. Padahal negara ini telah bertahun-tahun mengurangi ketergantungan pada produk seperti kantong plastik dan peralatan makan.

Konsorsium Nasional Italia untuk Pengumpulan dan Daur Ulang Paket Plastik mengatakan, peningkatan belanja daring  menyebabkan peningkatan sampah plastik sebesar 8 persen. Jumlah tersebut meningkat bahkan dalam penurunan produksi sampah secara keseluruhan.

Peneliti lingkungan di University of Portsmouth di Inggris, Keiron Roberts, mengatakan negara-negara lain melihat permintaan serupa untuk plastik dan karton. Kondisi ini disebut sebagai efek Amazon atau lonjakan ketergantungan pada penjualan internet saat orang-orang tertahan untuk mematuhi perintah tinggal di rumah. Namun, dia setuju bahwa di Eropa, Italia berada di tempat yang sangat rentan.

"Karena Anda dikelilingi oleh garis pantai, Anda hanya perlu memiliki beberapa kejadian hujan yang akan membuat masker ini masuk ke sistem pembuangan limbah atau ke sungai dan saluran air dan pada akhirnya mereka akan menuju ke laut," kata Roberts.

Secara global, Program Lingkungan PBB telah memperingatkan bahwa peningkatan penggunaan plastik sekali pakai dalam peralatan pelindung. Sampah medis ini dapat menyebabkan pembuangan yang tidak terkendali dan menambah polusi laut.

PBB pun telah mendesak negara-negara untuk mengembangkan rencana pembuangan yang memadai. Badan Perdagangan PBB, UNCTAD, memperkirakan bahwa penjualan masker di seluruh dunia saja akan mencapai 166 miliar dolar AS tahun ini, naik dari 800 juta dolar AS pada 2019.

Bahkan sebelum krisis Covid-19, hanya seperempat limbah Italia yang didaur ulang. Kelompok lingkungan WWF, memperkirakan 53 kiloton plastik bocor ke Mediterania setiap tahun. 

https://apnews.com/c78e00818b88f9bf46db95ef944c5aee

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement