Ahad 16 Aug 2020 02:02 WIB

Pakar: Ruang Rapat Potensi Sumber Transmisi Covid-19

Risiko di ruang rapat semakin tinggi ketika berada di lokasi tertutup

Covid-19 (ilustrasi). Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan, kegiatan dalam bentuk rapat tatap muka memiliki potensi sebagai sumber transmisi COVID-19.
Foto: www.freepik.com
Covid-19 (ilustrasi). Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan, kegiatan dalam bentuk rapat tatap muka memiliki potensi sebagai sumber transmisi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan, kegiatan dalam bentuk rapat tatap muka memiliki potensi sebagai sumber transmisi COVID-19.

"Risiko penularan virus akan menjadi semakin tinggi di dalam ruangan tertutup di mana ventilasi tidak baik. Virus juga menyukai suhu udara yang lebih sejuk dari AC," ujarnya dia di Banjarmasin, Sabtu (16/8).

Dikatakannya, penelitian di Jepang yang melacak kontak 110 orang dengan COVID-19 menemukan bahwa infeksi itu ditularkan hanya oleh 12,5 persen dari mereka yang hanya berinteraksi dengan orang lain di luar ruangan. Tetapi dari mereka yang hanya bertemu di dalam ruangan, hampir 75 persen menginfeksi orang lain

Demikian pula penelitian di sebuah restoran di China dengan ventilasi tertutup 10 orang tertular COVID-19 tanpa berinteraksi langsung. Transmisi virus terjadi melalui aliran udara AC. Kegiatan rapat, tambahnya, pada umumnya dilaksanakan dalam waktu yang lama, apalagi jika membahas hal yang penting.

Durasi waktu yang dihabiskan bersama orang lain juga turut berpengaruh pada risiko penularan. Faktor ini sama pentingnya dengan kondisi kesehatan yang berbeda pada berbagai orang yang ikut dalam rapat.

Semakin lama berinteraksi dengan seseorang semakin tinggi risiko tertular, karena keberhasilan infeksi merupakan perkalian paparan virus dan durasi waktu. Jumlah virus yang dilepaskan saat berbicara 5 menit sama dengan 1 kali bersin/batuk.

"Aktivitas utama yang dilakukan pada saat rapat adalah berbicara. Bicara biasanya agak keras jika dengan atau tanpa microfon. Padahal berbicara bisa menyebabkan ribuan droplets menyebar ke udara dan tertahan di sana selama 8-14 menit dengan jumlah 2.600 droplets kecil tercipta setiap detik ketika relawan berbicara dalam suara normal," papar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

Untuk itu, disarankan Syamsul penggunaan masker tetap dipertahankan meskipun saat berbicara dengan atau tanpa menggunakan mikrofon. Kemudian pelaksanaan rapat diusahakan sesingkat mungkin.

Waktu maksimal rapat setidaknya hanya 15-20 menit. Jika perlu pembahasan lama sebaiknya dilakukan sebelumnya melalui online.

"Rapat sebaiknya tanpa sajian makanan dan minuman karena bisa membuat orang yang ada di dalam ruangan membuka maskernya dan bisa saja menyebarkan virus yang ada. Sebaiknya sajian makanan atau minum dikemas untuk bisa dibawa pulang," katanya.

Akan tetapi jika hal-hal ini belum bisa dilaksanakan secara menyeluruh pada saat menyelenggarakan rapat khususnya di area perkantoran, maka sebaiknya seluruh agenda pembahasan dapat dilakukan melalui rapat daring.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement