Jumat 14 Aug 2020 14:51 WIB

Perusahaan Korsel akan Investasi di KIT Batang

7 perusahaan asing berkomitmen melakukan relokasi investasi ke Indonesia.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat meninjau Kawasan Industri Terpadu Batang dan Relokasi Investasi Asing ke Indonesia, di Kedawung, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (30/6/2020). Dalam kunjungan tersebut, Presiden meninjau kesiapan pengembangan Kawasan Industri Terpadu Batang dengan luas lahan sekitar 4.000 hektare yang terintegrasi dengan jalan tol, stasiun, pelabuhan, dengan terdapat beberapa investor diantaranya dari negara Tiongkok, China, Jepang, Korea, Taiwan, dan Amerika dengan tujuan untuk membuka lapangan pekerjaan. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp.
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat meninjau Kawasan Industri Terpadu Batang dan Relokasi Investasi Asing ke Indonesia, di Kedawung, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (30/6/2020). Dalam kunjungan tersebut, Presiden meninjau kesiapan pengembangan Kawasan Industri Terpadu Batang dengan luas lahan sekitar 4.000 hektare yang terintegrasi dengan jalan tol, stasiun, pelabuhan, dengan terdapat beberapa investor diantaranya dari negara Tiongkok, China, Jepang, Korea, Taiwan, dan Amerika dengan tujuan untuk membuka lapangan pekerjaan. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus menjajaki potensi berbagai perusahaan agar berinvestasi ke Indonesia. Salah satu perusahaan yang saat ini tengah berkoordinasi secara intensif yakni perusahaan asal Korea Selatan.

Perusahaan itu berencana membuka pusat produksi ke wilayah yang ditawarkan pemerintah Indonesia, yakni Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. Tim Satuan Tugas (Satgas) BKPM pun telah mendampingi calon investor tersebut berkunjung ke sana, guna memastikan kesiapan kawasan.

Baca Juga

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, minat serius yang ditunjukkan perusahaan Korea Selatan ini langsung ditanggapi Tim Satgas Relokasi Investasi secara cepat. Perusahaan ini berminat melakukan diversifikasi usaha industri pengolahan bahan galian non logam ke Indonesia untuk mensuplai perusahaan afiliasinya di bidang otomotif yang sedang konstruksi di Tanah Air.

“Meski kebutuhan produk yang nantinya akan dihasilkan perusahaan di Indonesia sudah dapat dipenuhi oleh pemain existing. Namun alasan kami tetap mendukung perusahaan ini karena hasil produksinya sebesar 80 persen akan diekspor dan 20 persen sisanya menyuplai perusahaan afiliasi yang sudah lebih dahulu datang ke Indonesia. Jadi tidak akan mengganggu pasar,” jelas Bahlil melalui keterangan resmi pada Jumat (14/8).

Rencana investasi yang akan digelontorkan perusahaan asal Korea Selatan tersebut mencapai 350 juta dolar AS dan akan dilakukan dalam dua tahap. Secara keseluruhan, potensi penyerapan tenaga kerja Indonesia diperkirakan mencapai 1.300 orang.

“Pada prinsipnya, pemerintah Indonesia akan memenuhi kebutuhan perusahaan supaya dapat segera merealisasikan rencana investasinya ke Indonesia. Dalam kunjungan ini, kami melibatkan konsorsium pembangunan KIT Batang, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Batang dan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), agar semua pihak memiliki pemahaman sama atas pentingnya investasi ini segera direalisasikan,” jelas Bahlil.

Setelah mengunjungi KIT Batang kemarin, Rabu (13/8), perwakilan perusahaan akan segera melaporkan hasilnya ke kantor pusatnya di Korea Selatan. Jika berjalan sesuai rencana, dalam waktu dekat konsorsium pengembang KIT Batang dan perusahaan akan menandatangani kesepakatan pembuatan rencana pengembangan kawasan dan utilitas pendukung utama.

KIT Batang sendiri ditargetkan menjadi kawasan industri percontohan kerja sama antara pemerintah dengan BUMN. Konsepnya, infrastruktur dasar dan pendukung disediakan oleh pemerintah.

Infrastruktur meliputi akses jalan untuk tol dan non-tol, penyediaan air baku dan air bersih, kereta api, listrik, gas, terminal kontainer darat (dry port) dan pelabuhan. Terobosan ini diharapkan dapat menjawab tantangan daya saing dengan negara lain, terutama dari sisi harga lahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement