Kamis 13 Aug 2020 21:31 WIB

90 Persen Kasur Pasien Covid-19 di Cirebon Terisi

Gelombang kedua Covid-19 di Kota Cirebon sudah terjadi.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ani Nursalikah
90 Persen Kasur Pasien Covid-19 di Cirebon Terisi. Perumda Pasar Berintan Kota Cirebon memasang wastafel sementara di 10 pasar tradisional di Kota Cirebon.
Foto: Diskominfo Kota Cirebon
90 Persen Kasur Pasien Covid-19 di Cirebon Terisi. Perumda Pasar Berintan Kota Cirebon memasang wastafel sementara di 10 pasar tradisional di Kota Cirebon.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Gelombang kedua penyebaran kasus positif Covid-19 terjadi di Kota Cirebon. Ketersediaan tempat tidur (bed) di seluruh rumah sakit untuk penanganan Covid-19 pun nyaris terisi seluruhnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Edy Sugiarto, menyebutkan, total ada 84 tempat tidur yang tersedia di tujuh rumah sakit di Kota Cirebon untuk penanganan Covid-19. Salah satunya ada di RS Gunung Jati, yang mencapai 37 tempat tidur. Kasur di RS tersebut kini terisi seluruhnya karena menerima pasien dari berbagai wilayah.

Baca Juga

"Untuk setiap rumah sakit, yang kosong rata-rata nyaris satu sampai dua tempat tidur. Artinya, nyaris 90 persen terisi," kata Edy, Kamis (13/8).

Edy mengungkapkan, hal itu mengindikasikan agar semua pihak harus berhati-hati terhadap gelombang kedua yang nyata sudah bergerak. Di Kota Cirebon, peningkatan kasus sudah mencapai tiga kali lipat.

Saat ini, total kasus positif Covid-19 di Kota Cirebon sudah mencapai 49 kasus, dari yang semula hanya 14 kasus. Dari 49 kasus itu, 30 dinyatakan sembuh, 14 dalam perawatan dan lima meninggal dunia.

"Gelombang kedua di Kota Cirebon sudah terjadi," kata Edy.

Edy menilai, dinamika perubahan kasus saat ini akan terjadi secara masif karena serangannya sporadis dan di semua lini. Peluang terjadinya transimisi pun sangat besar.   

Apalagi, di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) seperti sekarang. Orang-orang akan dengan mudah bersinggungan dengan siapa pun.

Edy menambahkan, ledakan kasus penyebaran Covid-19 bisa terjadi jika kepatuhan warga untuk menerapkan social distancing malah semakin kendor. Apalagi, kerumunan warga terjadi tanpa mengenakan masker.

"Ledakan akan terjadi kalau kondisinya seperti itu. Semua pihak harus bergerak bersama untuk mematuhi protokol kesehatan. Lindungi diri sendiri, keluarga dan masyarakat," kata  Edy.

Dalam kondisi seperti sekarang, ada dua fokus pekerjaan yang dilakukan, yakni memperkuat fasilitas pelayanan kesehatan dan memperkuat pelaksanaan PCR. Selain menyediakan rumah sakit untuk penanganan Covid-19, Kota Cirebon juga telah menyiapkan gedung BKKBN sebagai tempat karantina. Gedung tersebut akan difungsikan sebagai tempat karantina sampai Desember 2020.

Sementara itu, untuk pelaksanaan pemeriksaan tes PCR, Edy menyebutkan, hingga saat ini sudah dilakukan sebanyak 2.676 tes PCR. Sedangkan rapid test sudah dilakukan sebanyak 7.197 tes.

"(Untuk tes PCR) kita masih punya kekuatan 2.200 (tes PCR) lagi, kurang lebih (totalnya) 5.000 (tes PCR). Ini hati-hati, stok sudah menipis untuk tes PCR," kata Edy.

Edy pun berulang kali mengingatkan warga menerapkan protokol kesehatan. Selain memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, juga harus menghindari kerumunan.

"Saat kita masuk ke kerumunan, potensi untuk terpapar akan tinggi, apalagi anak, balita dan ibu hamil. Kita tidak tahu siapa orang tanpa gejala," kata Edy.

Jumlah tenaga kesehatan di Kota Cirebon yang positif Covid-19 ada enam orang.

Terkait hal itu, Edy menjelaskan, terpapar atau tidaknya seseorang itu ada tiga determinan, yakni loading virus, frekuensi dan durasi. Jika tiga faktor itu terpenuhi, maka potensial transmisi terjadi.

"Kalau dari segi APD (alat pelindung diri), nakes sangat siap. Tapi  problemnya, dengan AKB, orang bisa bersinggungan dengan siapa pun," kata Edy.

Apalagi, lanjut Edy, ada nakes yang juga berpraktek pada sore hari sehingga kontak dengan pasien yang bervariasi. Di antara pasien itu tidak menutup kemungkinan ada yang positif.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement