Kamis 13 Aug 2020 05:45 WIB

Dugaan Terbaru, Kebakaran di Tambora Dipicu Ledakan Kompor

Menurut ketua RT, rumah itu memiliki warung yang menyimpan sekitar 20 tabung gas LPG.

Rep: Akhmad Nursyeha/ Red: Erik Purnama Putra
Lurah Duri Selatan, M Ghufri Fatchani.
Foto: Akhmad Nursyeha
Lurah Duri Selatan, M Ghufri Fatchani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dugaan terbaru mengenai pemicu kebakaran yang terjadi kawasan RW 05 Duri Selatan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat pada Selasa (11/8) malam WIB, berasal dari ledakan kompor gas. Sebelumnya, diduga api berasal dari korsleting listrik dari salah satu rumah warga.

Hanya saja, menurut Lurah Duri Selatan, M Ghufri Fatchani, ternyata sumber api disebabkan kompor milik salah satu warga yang terbakar. "Dari saksi yang dipercaya kompor keluarkan api, kemudian sambar gas. Awalnya rumor listrik tapi tadi saya terima itu dari kompor," ujar Ghufri kepada wartawan saat ditemui di lokasi kejadian pada Rabu (12/8) siang WIB.

Kebakaran besar di kawasan permukiman padat penduduk itu meliputi empat rukun tangga (RT) yaitu di RT 01, 02, 03, 05, dan 10 di RW 05 Duri Selatan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

Akibat kebakaran itu, luas area yang terbakar sekitar 100 meter persegi kali 150 meter persegi, dengan jumlah 113 rumah yang hangus terbakar. Beruntung, dalam kebakaran itu tidak memakan korban jiwa maupun korban kebakaran.

 

Dari kebakaran semalam, kata Ghufri, warga yang terdampak kebakaran telah disediakan tempat pengungsian. Pihaknya telah menyiapkan dua lokasi untuk tempat pengungsian, yakni Kantor dan Rumah Dinas Lurah Duri Selatan, serta salah satu sekolah di Duri Utara.

Sementara, bantuan untuk pengungsi sudah diberikan sejak pagi. Bantuan itu diantaranya berasal dari Sudin Sosial Jakarta Barat, BPBD DKI Jakarta dan Baznas. "Dari Sudin Sosial Jakbar yang diberikan yaitu tenda pengungsian, kemudian terpal, tempat tidur, selimut. Kemudian BPBD kasih sembako, air mineral, dan pakaian seadanya, kemudian mi instan. Dan dari Baznas makanan siap saji sebanyak 900 porsi tadi pagi untuk sarapan," kata Ghufri.

Ketua RT 01 RW 05 Kelurahan Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat, Yuningsih (54) mengaku, melihat asal api yang menghanguskan ratusan rumah di lokasi kebakaran itu. Awalnya, Yuningsih mencium bau asap usai adzan Isya sekitar pukul 07.15 WIB. Sebagai ketua RT, ia meminta warga memeriksa rumah masing-masing untuk mencari bau asap tersebut.

Meskipun begitu, para tetangga mengaku tidak mendapati korsleting listrik di rumah mereka. Termasuk rumah yang berada persis di samping rumah Yuningsih.

Ketika api muncul, Yuningsih sedang berada di luar, dan langsung bergegas menuju ke rumahnya. Ketika sampai rumah, ia sudah melihat api besar membakar rumah tetangganya lalu merambat ke rumah miliknya.

"Saya sudah informasikan ke warga, tapi katanya tidak ada yang korsleting, sampai akhirnya api sudah besar sekitar pukul 19.30 WIB, pemilik rumah baru berteriak-teriak," kata Yuningsih ditemui di lokasi yang sama.

Api yang sudah membesar membuat Yuningsih urung untuk masuk ke dalam rumahnya. Hingga pada akhirnya, tidak ada satu pun barang yang berhasil diselamatkan oleh dia akibat kebakaran tersebut, termasuk surat-surat warga yang dititipkan kepadanya.

Akibat kebakaran itu, Yuningsih menyayangkan pemilik rumah yang abai dengan peringatannya. Padahal, kata Yuningsih, kebakaran dapat dicegah jika pemilik rumah lebih peka dari awal ketika sudah mencium bau asap.

"Kalau sudah begini kan kasihan warga lain. Ratusan rumah terdampak hanya karena satu rumah," kata Yuningsih. Terlebih, menurut Yuningsih, rumah itu memiliki warung yang menyimpan kurang lebih 20 tabung gas elpiji. Sehingga beberapa kali ledakan terdengar sesaat api mulai melalap di rumah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement