Rabu 12 Aug 2020 17:33 WIB

Israel akan Teliti Vaksin Covid-19 dari Rusia

Israel sedang mengembangkan calon vaksinnya sendiri dan akan memulai uji klinis.

Dalam foto dari Russian Direct Investment Fund, (6/8), tampak vaksin baru dari Nikolai Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Moskow, Rusia. Negara Rusia, Selasa (11/8), mengumumkan menjadi negara pertama yang menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 untuk puluhan ribu warganya. Pengembangnan vaksin Rusia padahal dianggap belum selesai di level uji klinis.
Foto: Alexander Zemlianichenko Jr/ Russian Direct
Dalam foto dari Russian Direct Investment Fund, (6/8), tampak vaksin baru dari Nikolai Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Moskow, Rusia. Negara Rusia, Selasa (11/8), mengumumkan menjadi negara pertama yang menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 untuk puluhan ribu warganya. Pengembangnan vaksin Rusia padahal dianggap belum selesai di level uji klinis.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel akan meneliti vaksin COVID-19 buatan Rusia. Israel akan merundingkan pembelian vaksin tersebut jika terbukti sebagai sebuah "produk serius".

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (11/8) mengumumkan bahwa negaranya adalah pertama di dunia yang menyetujui vaksin COVID-19 setelah kurang dari dua bulan uji coba pada manusia. Menteri kesehatan Rusia menepis tuduhan bahwa vaksin tersebut tidak aman.

Baca Juga

"Kami mengikuti secara cermat setiap laporan, tak peduli dari negara mana saja. Kami sudah mendiskusikan laporan dari pusat riset di Rusia soal pengembangan vaksin," kata Menteri Kesehatan Israel Yuli Edelstein kepada wartawan.

"Jika kami yakin ini adalah produk serius, kami juga akan berupaya melakukan negosiasi. Tetapi saya tidak ingin menipu siapa pun. Staf profesional kementerian sedang mengerjakan ini sepanjang waktu. Vaksin tidak akan tiba besok," katanya.

Israel sedang mengembangkan calon vaksinnya sendiri dan berencana memulai uji klinis pada manusia secepatnya pada Oktober. Pihaknya juga meneken kontrak dengan produsen obat Moderna dan Arcturus Therapeutics sebagai opsi pembelian calon vaksin mereka.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement