Rabu 12 Aug 2020 12:46 WIB

Kemungkaran Kecil yang Populer Menurut Imam Ghazali

Sejumlah bentuk kemungkaran kecil telah menjadi kebiasaan umat.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Kemungkaran Kecil yang Populer Menurut Imam Ghazali
Foto: Deviantart.net/ca
Kemungkaran Kecil yang Populer Menurut Imam Ghazali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bentuk kemungkaran tidak selalu terlihat besar. Ada juga kemungkaran kecil, namun dampaknya sangat besar jika sudah menjadi adat dan kebiasaan umat di masyarakat.

Maka dari itu, kemungkaran yang terlanjur jadi kebiasaan ini jangan dibiarkan agar tidak diikuti oleh generasi selanjutnya. Imam Al Ghazali dalam Ikhtisar Ihya Ulumiddin menyampaikan, bentuk-bentuk kemungkaran kecil, namun sudah populer dan menjadi adat kebiasaan, antara lain melenceng dari arah kiblat saat melaksanakan sholat, tidak thuma'ninah dalam rukuk, sujud, dan kesalahan bacaan sholat. 

Baca Juga

"Hal-hal seperti ini mesti diperingatkan," katanya.

Bahkan, kata Imam Al-Ghazali, memperingatkan perbuatan mungkar termasuk cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan, jauh lebih utama daripada menyibukan diri melakukan sholat sunnah. 

Imam Ghazali juga mencontohkan bentuk kemungkaran lain, adalah muadzin melagukan dan memanjangkan adzan hingga melampaui batas yang ditentukan atau mengulang adzan berkali-kali di dalam suatu masjid setelah sholat subuh.

"Karena perbuatan ini tidak ada gunanya," katanya. 

Selain itu, memakai pakaian yang ada tambahan sutranya juga bentuk kemungkaran. Begitu juga dengan perkataan orang-orang fasik yang berkelakar tentang urusan bid'ah, dan membotaki kepala pada Jumat agar laris menjual obat-obatan dan jampi-jampi. 

Imam Ghazali menegaskan, keterangan yang telah disampaikannya itu bisa dijadikan landasan untuk menilai kebiasaan-kebiasaan mungkar kecil lainnya yang kurang lebih sama. Jadi pada intinya kemungkaran kecil dan besar jangan terus dibiasakan agar tidak menjadi budaya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement