Rabu 12 Aug 2020 11:48 WIB

Iran Tutup Surat Kabar yang Ragukan Angka Kasus Covid-19

Surat kabar ditutup karena mengkritisi angka Covid-19 di Iran

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Christiyaningsih
Warga Iran pergi berbelanja di sekitar pasar raya Teheran di Teheran, Iran, 07 Juli 2020. Surat kabar ditutup karena mengkritisi angka Covid-19 di Iran. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Warga Iran pergi berbelanja di sekitar pasar raya Teheran di Teheran, Iran, 07 Juli 2020. Surat kabar ditutup karena mengkritisi angka Covid-19 di Iran. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ERBIL -- Pemerintah Iran menutup sebuah surat kabar pada Senin (10/8) lalu. Surat kabar itu ditutup satu hari setelah menerbitkan laporan yang mempertanyakan jumlah resmi kasus Covid-19. Laporan tersebut mengutip seorang ahli kesehatan masyarakat yang menyebut Iran secara besar-besaran tidak melaporkan kasus Covid-19 dan angka kematiannya.

Surat kabar itu ialah Jahane San'at, yang mulai beroperasi pada 2004 dengan fokus pada berita seputar bisnis. Pada Ahad (9/8) lalu, media tersebut dalam laporannya mengutip Mohammed Reza Mahboobfar, seorang ahli epidemiologi yang dalam laporan itu disebutkan bekerja untuk gugus tugas anti-virus corona pemerintah.

Baca Juga

Mahboobfar mengatakan jumlah kasus sebenarnya mungkin dua puluh kali lebih tinggi daripada angka yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan Iran. Dia berpendapat ada lebih dari 330 ribu kasus infeksi virus corona dan hampir 19 ribu kematian.

Dia menyebut pihak berwenang pertama kali mendeteksi virus itu sebulan sebelum pengumuman resmi pada pertengahan Februari. Namun pemerintah Iran menundanya sampai setelah peringatan ulang tahun Revolusi Islam 1979 dan pemilihan parlemen selesai dilaksanakan.

"Pemerintah merahasiakan (data kasus dan kematian akibat Covid-19) karena alasan politik dan keamanan. (Dan hanya memberikan) statistik yang direkayasa kepada publik," kata dia dilansir di Kurdistan 24, Rabu (12/8).

Kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah kemudian mengutip juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Sima Sadat Lari, yang mengatakan bahwa pernyataan Mahboobfar tidak benar. Dia menegaskan Mahboobfar bukan bagian dari gugus tugas anti-virus corona pemerintah dan menyatakan sudah transparan dalam menyampaikan jumlah kasus Covid-19.

Sadat juga menyampaikan pelaporan resmi terkait kasus virus corona Iran telah diteliti oleh para ahli. Namun memang banyak pengamat sering menuduh mereka menutup-nutupi jumlah sebenarnya.

Dalam pernyataan yang mengejutkan publik Iran pada pertengahan Juli lalu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan jumlah kasus virus corona 100 kali lebih besar dari statistik resmi Iran, yaitu sekitar 25 juta. Tetapi dia mengklaim angka kematian akibat Covid-19 yang diumumkan itu akurat.

Kementerian Kesehatan Iran kemudian mengklarifikasi pernyataan Rouhani dan menyebutkan bahwa perkiraan tersebut didasarkan pada penelitian yang dilakukan pada Maret lalu terhadap hampir 10 ribu sampel individu di sekitar setengah provinsi Iran.

Iran masih menghadapi wabah paling mematikan di Timur Tengah. Teheran juga telah berulang kali mendapat kecaman karena lemahnya tindakan pembatasan yang komprehensif, di mana ini menjadi langkah yang telah diterapkan oleh negara-negara di seluruh dunia untuk memerangi penyebaran Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement