Selasa 11 Aug 2020 15:46 WIB

Kisah Keluarga Palestina Diusir, Tinggal di Gua, Diusir Lagi

Sebuah keluarga menempati gua Tepi Barat setelah diusir Israel.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Keluarga Palestina Diusir, Tinggal di Gua, Diusir Lagi. Keluarga Palestina di Desa Farasin, di Tepi Barat harus kehilangan rumahnya setelah dibongkar paksa Israel. Keluarga itu kini tinggal di gua dan akan diusir lagi.
Foto: Al Araby
Kisah Keluarga Palestina Diusir, Tinggal di Gua, Diusir Lagi. Keluarga Palestina di Desa Farasin, di Tepi Barat harus kehilangan rumahnya setelah dibongkar paksa Israel. Keluarga itu kini tinggal di gua dan akan diusir lagi.

REPUBLIKA.CO.ID, PALESTINA -- Sebuah keluarga Palestina yang tinggal di Desa Farasin, di Tepi Barat harus kehilangan rumahnya setelah dibongkar paksa Israel. Ahmed Amarneh salah satu warga Palestina yang membangun rumah di tepi Barat.

Rumahnya pintu kayu terbuka tanpa daun pintu menuju kamar tidur. Amarneh, merupakan seorang insinyur sipil berusia 30 tahun. Ia menempati gua Tepi Barat dan membangun rumah sebagai tempatnya berlindung bersama keluarganya.

Baca Juga

Tapi kini, otoritas pendudukan Israel telah mengancam akan menghancurkan gua Tepi Barat yang menjadi tempat perlindungan keluarganya. Israel bersikeras memaksa warga Palestina menyetujui setiap pembangunan tempat tinggal baru dan membongkar rumah yang dibangun tanpa izin.

Rumahnya di gua di tepi Barat ini bukanlah rumah pertamanya. Tapi lagi-lagi ia dan keluarganya harus diusir dari rumahnya.

 

"Saya mencoba dua kali untuk membangun (sebuah rumah), tetapi otoritas pendudukan Israel selalu mengatakan itu dilarang untuk dibangun di daerah itu," kata Amarneh dilansir dari Al Araby, Selasa (11/8).

Berdasarkan kesepakatan Damai Oslo pada 1990-an, Palestina memiliki hak pemerintahan sendiri di beberapa bagian Tepi Barat dan Jalur Gaza. Tapi faktanya, Israel tetap ingkar dan sekitar 60 persen Tepi Barat, yang dijuluki Area C, tetap di bawah kendali penuh Israel. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa menganggap Area C sebagai wilayah Palestina yang diduduki. Tetapi Israel semakin banyak mengalokasikan tanah di sana untuk pembangunan permukiman ilegal menurut hukum internasional.

Amarneh mengaku yakin, apa pun yang dibangunnya di desanya tidak akan pernah mendapatkan persetujuan Israel. Amarneh yang memiliki keterampilan sebagai tukang bangunan, menyulap gua tersebut menjadi rumah. Ia cukup menutup pintu masuk gua dengan dinding batu dan memasang pintu kayu di tengahnya.

Dia kemudian membuat dapur, ruang tamu, dan ruang tidur untuk dirinya sendiri, istrinya yang sedang hamil dan putri kecil mereka. Bahkan ia juga memiliki kamar penginapan untuk tamu.

Amarneh mengaku telah tinggal di gua di Tepi Barat selama 1,5 tahun. Sampai kemudian pada Juli lalu ia menerima pemberitahuan pembongkaran dari otoritas pendudukan Israel bersama dengan 20 keluarga Palestina lainnya di Desa Farasin. Cabang militer Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil di Tepi Barat, COGAT, mengatakan pemberitahuan pembongkaran diberikan ke beberapa tempat tinggal di Farasin karena pembangunan tersebut dilakukan secara ilegal, tanpa izin, dan persetujuan yang diperlukan.

Penghancuran mulai dilakukan pada Senin dengan pasukan Israel menghancurkan satu rumah di Farasin dan sebuah tangki air. Saat itulah, Amarneh mengaku baru mengetahui gua tempatnya tinggal ilegal.

"Saya tidak membuat gua itu. Gua itu sudah ada sejak zaman dahulu. Saya tidak mengerti bagaimana bisa mereka melarang saya tinggal di gua. Hewan hidup di dalam gua dan tidak diusir. Jadi, biarlah mereka memperlakukan saya seperti binatang dan biarkan saya tinggal di dalam gua," katanya sambil menggendong putrinya yang masih kecil.

Menurut Kepala Dewan Lokal, Mahmud Ahmad Nasser, penduduk Arab mendirikan desa Farasin pada 1920. Desa itu kemudian ditinggalkan selama perang Arab-Israel pada 1967, ketika Israel merebut Tepi Barat dari Yordania.

Namun sejak 1980-an, warga yang dulu menempati desa tersebut mulai kembali dan saat ini populasinya sekitar 200. Jika dilihat, Farasin tidak nampak terlihat seperti desa pada umumnya. Farasin hanya sekumpulan kecil rumah-rumah yang jaraknya berjauhan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement