Selasa 11 Aug 2020 14:16 WIB

Ada Ruang Bawah Tanah di Balik Puing Ledakan Lebanon

Pemerintah Lebanon membantah spekulasi adanya terowongan rahasia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pandangan umum tentang area pelabuhan dengan asap mengepul dari suatu area setelah ledakan besar mengguncang area pelabuhan Beirut, Lebanon, 04 Agustus 2020. Menurut laporan, beberapa orang telah terluka dan area yang luas rusak parah sementara penyebab ledakan belum diketahui.
Foto: EPA-EFE/WAEL HAMZEH
Pandangan umum tentang area pelabuhan dengan asap mengepul dari suatu area setelah ledakan besar mengguncang area pelabuhan Beirut, Lebanon, 04 Agustus 2020. Menurut laporan, beberapa orang telah terluka dan area yang luas rusak parah sementara penyebab ledakan belum diketahui.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tim penyelidik dan petugas penyelamat dilaporkan menemukan tempat penampungan darurat bawah tanah di dekat lokasi ledakan Beirut, Lebanon.  Sky News dalam laporannya mengatakan petugas yang menjelajahi puing-puing ledakan menemukan tempat seperti penampungan bawah tanah. Ruangan ini mungkin dibangun puluhan tahun lalu sebagai semacam "ruang panik".

Pemerintah dan militer Lebanon telah membantah adanya "terowongan mencurigakan" di pelabuhan Beirut yang merupakan lokasi ledakan. Kendati demikian laporan tentang kemungkinan adanya tempat penampungan darurat bawah tanah telah menumbuhkan asa pada keluarga para korban yang masih dinyatakan hilang.

Baca Juga

Keluarga Ghasan Hasrouty adalah satu di antaranya. Hasrouty telah bekerja di pelabuhan Beirut selama lebih dari 38 tahun. Ia menjabat sebagai kepala ruang operasi untuk sebuah perusahaan yang mengelola silo jagung di pelabuhan.

Keluarga masih menaruh harap bahwa Hasrouty masih hidup. Namun mereka tak menyangkal bahwa proses evakuasi dan penyelamatan yang dilakukan sangat lamban. "Orang-orang yang hilang ini bukan hanya angka. Kita perlu menyoroti manajemen yang biasa-biasa saja dari bencana ini, situasi ini, seberapa buruk hal itu dikelola. Tidak untuk mengulangi bencana yang begitu mengerikan dan manajemen yang buruk," kata Elie, putra Hasrouty.

Ledakan yang memorak-porandakan Beirut terjadi pada 4 Agustus lalu. Sumber ledakan adalah gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat, yakni bahan kimia untuk membuat pupuk dan bahan peledak. Gudang tersebut terletak di dekat pelabuhan Beirut.

Sejauh ini, sebanyak 163 orang dilaporkan tewas akibat ledakan. Sementara korban luka mencapai lebih dari enam ribu. Peristiwa itu telah memicu pergolakan di Lebanon. Ribuan warga turun ke jalan dan melakukan demonstrasi menuntut pergantian rezim.

Mereka menilai pemerintah bertanggung jawab penuh atas terjadinya hal tersebut. Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab telah mengundurkan diri dari jabatannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement