Senin 10 Aug 2020 19:10 WIB

BNPB: Perlu Tokoh Panutan Untuk Adaptasi Kebiasaan Baru

Perlu mengajak tokoh, ulama, atau relawan sebagai agen perubahan

Siswa SD melakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan kuota internet secara gratis di Warung Internet (Warnet) Covid-19 di Jalan Turangga, Kota Bandung, Senin (10/8). Warung Internet yang merupakan hasil swadaya masyarakat tersebut disediakan untuk membantu siswa dan orang tua siswa yang terkendala jaringan internet dalam pembelajaran jarak jauh pada masa adaptasi kebiasaan baru (AKB). Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Siswa SD melakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan kuota internet secara gratis di Warung Internet (Warnet) Covid-19 di Jalan Turangga, Kota Bandung, Senin (10/8). Warung Internet yang merupakan hasil swadaya masyarakat tersebut disediakan untuk membantu siswa dan orang tua siswa yang terkendala jaringan internet dalam pembelajaran jarak jauh pada masa adaptasi kebiasaan baru (AKB). Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan perlu ada tokoh panutan di masyarakat untuk bisa mengadaptasi protokol kesehatan COVID-19 menjadi kebiasaan baru.

"Adaptasi kebiasaan baru intinya mengubah perilaku. Perlu mengajak para tokoh, ulama, atau relawan yang didengar masyarakat sebagai agen perubahan," kata Lilik dalam bincang-bincang Satuan Tugas Penanganan COVID-19 yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia dari Graha BNPB, Jakarta, Senin (10/8).

Lilik mengatakan para agen perubahan tersebut perlu menjadi bagian dari skenario besar untuk mengajak semua pihak menjadikan protokol kesehatan; misalnya menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak; sebagai kebiasaan baru.

Karena merupakan perubahan perilaku, Lilik menilai memang memerlukan waktu yang tidak pasti dan sangat berkaitan dengan budaya masyarakat setempat sehingga perlu ada tokoh panutan.

"Intinya adalah pencegahan agar tidak tertular COVID-19. Memang tidak boleh lelah melakukan sosialisasi dan edukasi, harus cerewet," tuturnya.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengampanyekan adaptasi kebiasaan baru adalah dengan mengambil model kepala daerah, misalnya di provinsi-provinsi yang menjadi prioritas penanganan COVID-19 sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.

Menurut Lilik, dua provinsi, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur, menjadi model dari menempatkan kepala daerah sebagai panutan untuk mengadaptasi protokol kesehatan sebagai kebiasaan baru.

"Gubernur Ridwan Kamil sendiri yang menempelkan logo Provinsi Jawa Barat di antara logo-logo organisasi yang berkomitmen ikut berkontribusi dalam penanganan COVID-19. Di Jawa Timur, dilakukan oleh Wakil Gubernur Emil Dardak," tuturnya.

Lilik mengatakan masing-masing organisasi dan komunitas tentu memiliki tokoh, yaitu orang-orang yang bisa bergerak di wilayahnya masing.

Tokoh-tokoh tersebut akan menjadi agen perubahan untuk mengadaptasi kebiasaan baru, yang mungkin saja antara wilayah satu dengan yang lain berbeda.

"Masing-masing tempat tentu memiliki perbedaan karakter. Yang penting, para tokoh yang akan menjadi agen perubahan itu harus diberikan pembekalan sebelum turun ke lapangan," katanya.

Pembekalan yang diberikan adalah terkait perilaku berdasarkan protokol kesehatan yang disesuaikan dengan masing-masing tempat dengan kearifan lokal masing-masing, komunikasi publik untuk memberikan edukasi dan sosialisasi, serta dokumentasi dari setiap kegiatan yang dilakukan melalui aplikasi inaRISK Personal.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement