Senin 10 Aug 2020 15:33 WIB

Pentingnya Jejak Digital Positif Bagi Fathia Izzati

Fathia selalu mengedepankan perilaku bijak saat menggunakan media sosial.

Kreator konten, Fathia Izzati, termasuk salah satu orang yang menganggap penting jejak digital (Foto: Youtuber Fathia Izzati)
Foto: Instagram
Kreator konten, Fathia Izzati, termasuk salah satu orang yang menganggap penting jejak digital (Foto: Youtuber Fathia Izzati)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kreator konten, Fathia Izzati, termasuk salah satu orang yang menganggap penting jejak digital. Ia mengedepankan perilaku bijak saat menggunakan media sosial.

"Awal saya bikin konten YouTube, saya nggak paham apa itu jejak digital dan bahwa konten bisa punya dampak yang besar," kata Fathia saat webinar Siberkreasi "Jejak Digital dalam Dunia Maya", Senin (10/8).

Baca Juga

Fathia dalam diskusi tersebut menceritakan bahwa video pertamanya yang viral, berbicara bahasa Inggris dalam 21 aksen, dibuat hanya karena iseng. Ia tidak menyangka akan tersebar luas.

"Walau pun kita hanya iseng, siapa yang tahu kalau itu akan viral. Kita juga punya check and balance," kata Fathia.

Jejak digital, menurut Fathia, merupakan reputasi seseorang dan akan dilihat oleh banyak orang. Tentu, seseorang ingin menjaga reputasinya dalam jangka panjang dan akan berpengaruh di masa depan.

"Misalnya, ketika melamar kerja, jejak digital akan dilihat," kata Fathia.

Fathia selama ini menerapkan enam langkah demi memiliki jejak digital yang positif dan tidak menjadi bumerang untuk diri sendiri. Pertama, sebelum mengunggah, meninggalkan atau membalas komentar dan memberikan "like" ke sebuah unggahan, dia akan mempertimbangkan kenapa dia perlu mengunggah konten tersebut.

"Stop and ask yourself, harus bisa dipertanggungjawabkan. Orang akan lihat (konten tersebut)".

Kedua, Fathia juga mempertimbangkan bagaimana orang lain akan melihat konten tersebut, termasuk orang tua maupun guru. Fathia berpendapat jangan terburu-buru merasa aman mengunggah sesuatu meski pun terbatas hanya untuk orang-orang terdekat.

"Sudah banyak kasus postingan close friends diunggah ulang," kata Fathia.

Cara berikutnya, dia memperlakukan orang lain di media sosial seperti berkaca pada diri sendiri. Misalnya, dengan tidak meninggalkan komentar kebencian atau melakukan perundungan.

Khusus soal komentar yang mengandung kebencian, menurut Fathia, siapa saja bisa mendapatkannya, tidak harus menjadi seorang konten kreator seperti dia. Fathia memilih untuk memilah komentar mana saja yang bersifat membangun dan mengabaikan komentar negatif.

Ke empat, perhatikan juga ketika ingin membagikan lokasi karena semua orang bisa melihat dan mengetahui di mana kita sedang berada. Hal kelima yang dilakukan Fathia, dia secara rutin mengecek konten apa saja yang ditandai (tag) kepadanya dan tidak segan menghapus tag jika konten berbau SARA atau membuatnya tidak nyaman.

Tips terakhir, ketika berubah pikiran atau menyesal setelah mengunggah konten tersebut, Fathia menyarankan untuk menghapus unggahan tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement