Ahad 09 Aug 2020 23:31 WIB

Proses Penerimaan Mahasiswa PTS di DIY Masih Berlangsung

Proses penerimaan selesai 14 September mendatang.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Muhammad Fakhruddin
Proses Penerimaan Mahasiswa PTS di DIY Masih Berlangsung (ilustrasi).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Proses Penerimaan Mahasiswa PTS di DIY Masih Berlangsung (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pandemi Covid-19 berdampak di berbagai sektor, tak terkecuali di sektor pendidikan. Bahkan, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di DIY juga terdampak.

Hal ini menyebabkan sistem perkuliahan harus dilakukan secara daring (online). Termasuk, proses penerimaan mahasiswa baru di PTS yang ada di DIY juga dilakukan secara daring, salah satunya Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (Unisa). 

Rektor Unisa, Warsiti mengatakan, hingga saat ini proses penerimaan mahasiswa baru masih berlangsung. Proses ini akan berlangsung hingga pertengahan September 2020 mendatang. "Proses penerimaan selesai 14 September nanti," kata Warsiti kepada Republika. 

Pihaknya pun telah menyiapkan berbagai hal untuk menyambut kedatangan mahasiswa baru maupun mahasiswa lama dari luar daerah ke DIY. Warsiti menyebut, pada awal Juli 2020 sudah ada beberapa mahasiswa yang kembali ke DIY.

Mahasiswa ini kembali dalam rangka persiapan untuk menjalankan praktikum. Kembalinya mahasiswa ini dikarenakan praktikum yang tidak bisa dilakukan secara daring.

"Kami di (universitas yang bergerak di bidang) kesehatan tidak bisa semuanya online. Karena kalau yang mahasiswa profesi ada praktikum dan itu tidak bisa dicapai hanya dengan pembelajaran online," ujarnya.

Mahasiswa yang akan kembali ke DIY pun harus mengantongi izin dari orang tua. Selain itu, rapid diagnostic test (RDT) juga diharuskan untuk mahasiswa yang akan melakukan praktikum. 

Walaupun saat datang ke DIY mahasiswa tersebut harus melakukan rapid test, namun pihaknya akan melakukan rapid test kembali sebagai persyaratan untuk melakukan praktikum di rumah sakit.

"Ini bagian dari syarat untuk masuk rumah sakit, kalau non-reaktif sudah bisa praktik. Sekarang kami sedang pengadaan APD, mahasiswa ini kita beri bantuan itu nanti agar bisa melakukan praktik," jelasnya.

Untuk itu, pihaknya melakukan koordinasi dengan pemerintah desa dan kelurahan yang ada di sekitar lingkungan kampus guna mempersiapkan kedatangan mahasiswa ini. Sekaligus melakukan sosialisasi kepada pemilik rumah kos.

Sehingga, saat mahasiswa dari luar daerah kembali ke DIY, harus melakukan karantina secara mandiri di kos masing-masing selama 14 hari. Tentunya, pengawasan ini dapat dibantu oleh pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat sekitar lingkungan kampus.

'Yang penting bisa menjaga keselamatan dan keamanan seluruh civitas Unisa. Dalam pekan ini sosialisasi diteruskan ke induk semang kos," katanya.

Seperti diketahui, puluhan Perguruan Tinggi Swasta DIY menginisiasi promosi dan seleksi masuk bersama lewat Jogjaversitas. Hal ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan mengantisipasi kondisi yang disebabkan pandemi Covid-19.

Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V DIY, Prof Fathul Wahid mengatakan, dampak pandemi Covid-19 membuat hampir keseluruhan aktivitas kuliah dialihkan menjadi daring. Bahkan, membuat 73 persen mahasiswa pendatang meninggalkan DIY sementara. 

Menurutnya, angka itu tentu saja bukan jumlah yang kecil. "Mengingat mahasiswa pendatang berkontribusi 77 persen dari total 357.544 mahasiswa sarjana dan diploma yang ada di DIY," kata Fathul, Sabtu (25/7).

Hal ini menyebabkan potensi perputaran uang di DIY berkurang hingga Rp 833,9 miliar per bulan atau Rp 27,8 miliar tiap hari. Merespon ini, Aptisi Wilayah V DIY berinisiatif melakukan mitigasi dampak pandemi melalui Jogjaversitas.

"Jogjaversitas adalah upaya Aptisi Wilayah V DIY untuk menyelenggarakan promosi dan seleksi masuk perguruan tinggi secara kolektif, untuk meningkatkan animo pendaftar dan calon mahasiswa yang berkuliah di DIY," ujar Fathul.

Sementara itu, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V, Didi Achjari mengatakan, yang kembali ke DIY hanya mahasiswa yang mengharuskan mengikuti perkuliahan secara tatap muka.

"Untuk perkuliahan yang memang mau tidak mau harus secara offline, maka dimungkinkan. seperti kegiatan di lab atau praktikum," kata Didi belum lama ini.

Persiapan yang dilakukan mulai dari meminta pihak kampus untuk menyediakan sarana dan prasarana guna menunjang sistem perkuliahan secara tatap muka di tengah pandemi Covid-19. Termasuk, protokol kesehatan pun juga harus dijalankan secara ketat dan disiplin guna mencegah meluasnya penyebaran Covid-19.

"Untuk menjaga protokol kesehatan itu tidak mudah, terutama bagi kampus yang mahasiswanya banyak. Kami sampaikan kepada kampus untuk mempersiapkan fasilitas untuk mengakomodasi perkuliahan secara offline," ujarnya.

Dengan begitu, perkuliahan yang tidak mengharuskan dilakukan secara tatap muka, akan tetap dilakukan secara daring atau online. Begitu pun dengan penerimaan mahasiswa baru, juga dilakukan secara daring.

"Jadi belum normal seperti semula. Orientasi mahasiswa juga dilakukan secara daring, tidak boleh dilakukan secara fisik," jelasnya.

Ia menyebut, jumlah mahasiswa di DIY sekitar 300 ribu orang. Namun, dari jumlah tersebut tidak seluruhnya yang akan kembali ke DIY.

"Saat ini total kampus di bawah koordinasi kami ada PTS 102, tiga PTN yaitu UPN, ISI, UNY. UGM karena sudah otonom, jadi di luar koordinasi kami, namun justru jumlah mahasiswanya (UGM) paling banyak sekitar 45 ribu orang," kata Didi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement