Senin 10 Aug 2020 00:44 WIB

Desa Jadi Benteng Terakhir Hadapi Krisis

Setiap krisis desa berhasil menjadi benteng pertahanan.

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Hafil
Desa Jadi Benteng Terakhir Hadapi Krisis. Foto ilustrasi: Sekolah di Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Desa Jadi Benteng Terakhir Hadapi Krisis. Foto ilustrasi: Sekolah di Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis pandemi Covid-19 menghantam hampir seluruh sektor bisnis, terutama di perkotaan. Namun sektor pertanian juga menjadi satu-satunya sektor dari lima penyangga utama PDB yang tumbuh positif sepanjang pandemi Covid-19. Maka pembangunan desa itu harus diakselerasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

"Meskipun penduduk miskin lebih banyak berada di pedesaan tapi juga setiap krisis desa justru berhasil menjadi benteng pertahanan," ujar Mantan Kepala Bappenas/Menteri PPN, Andrinof Chaniago saat diskusi online, Ahad (9/8).

Baca Juga

Bahkan, kata Andrinof, sektor pertanian yang ada di pedesaan memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) mengalami peningkatan pada kuartal II 2020. Kemudian, desa lima potensi secara material seperti sumber air berlimpah, lahan banyak yang menganggur, sumber produksi, hilirisasi produk tanaman, dan pariwisata.

"Jika potensi tersebut dikelolah dengan serius itu bisa menggerakkan ekonomi desa cukup banyak dan bisa menampung masyarakat dari yang kehilangan pekerjaan," ungkap Andrinof.

Kemudian mengenai sektor wisata di pedesaan, menurut Andrinof, salah satu tujuan wisata masyarakat kelas menengah di kota. Apalagi, jika infrastruktur atau fasilitas pariwisata di pedesaan diperbaiki, termasuk sistem pelayanannya maka bisa berpotensi menjadi sumber penghasilan besar. Namun untuk mengoptimalkan perlu dibangun sistem pendataan dan mendorong masyarakat di pedesaan untuk memahami teknologi digital atau e-commerce.

Selain itu, kata Andrinof, perlu adanya pendampingan bagi masyarakat desa untuk mengenali e-commerce tersebut. Hal ini dilakukan agar produk yang dihasilkan dapat dipasarkan dengan lebih luas lagi, sehingga bisa meningkatkan pendapatan. "oleh karena itu jangan sampai produktivitas masyarakat desa itu, nilai tambah yang mereka ciptakan diambil kuasai oleh orang yang menguasai teknologi yang ada di kota," tutur Andrinof. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement