Sabtu 08 Aug 2020 17:49 WIB

Stok Obat Malaria Primaquine Mimika Cukup Sampai September

Mimika perlu tambahan pasokan primaquine guna mengobati pasien penyakit itu.

Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi).
Foto: AP
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Persediaan obat malaria, primaquine di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga September 2020. Mimika perlu tambahan pasokan guna mengobati pasien penyakit itu.

"Stok obat DHP (dehidro artemisinin pipraquine) di kita sebetulnya masih cukup banyak. Yang terbatas itu obat primaquine. Yang jelas stok obat primaquine yang ada hanya bisa bertahan sampai September," kata Kepala Dinas Kesehatan Mimika Reynold Ubra di Timika, Sabtu (8/8).

Baca Juga

Reynold mengatakan meskipun ada wacana untuk meminjam obat malaria dari kabupaten tetangga, namun hal itu harus sepengetahuan Dinas Kesehatan Provinsi Papua melalui Instalasi Farmasi Daerah Papua. "Untuk distribusi obat dan penggunaan obat semuanya di bawah pengawasan Instalasi Farmasi Provinsi," jelasnya.

Menyangkut kekosongan stok obat malaria, menurut Reynold, hal itu tidak saja terjadi di wilayah Mimika dan Papua. Menurut dia, hal itu juga tetapi di seluruh Indonesia lantaran bahan baku obat yang diimpor dari luar negeri untuk sementara waktu belum tersedia.

"Bahan baku obat itu baru tersedia di pabrik pada awal 2021," ujarnya.

Sehubungan dengan keterbatasan persediaan obat malaria di Mimika, Dinkes setempat meminta warga untuk meningkatkan kewaspadaan diri agar tidak terinfeksi penyakit malaria. Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

"Ketika keluar dari rumah pada malam hari menggunakan baju lengan panjang atau tetap tinggal di rumah di antara waktu mulai pukul 18.00 hingga pukul 6 pagi, juga harus menjaga lingkungan rumah tetap bersih sehingga tidak menjadi tempat perindukan nyamuk. Tempat-tempat yang potensial menjadi perindukan nyamuk seperti tempat penampungan air, bak mandi, air galon dan lainnya," kata Reynold.

Dalam dua pekan terakhir, katanya, terjadi dua kasus kematian di Mimika karena kombinasi serangan malaria dan penyakit penyerta yaitu gagal ginjal. Dinkes Mimika baru mengetahui kejadian itu setelah pasien dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sudah parah dan pada akhirnya meninggal dunia.

"Satu kasus kematian bahkan tidak sempat dibawa ke rumah sakit. Beberapa hari sebelum pasien meninggal dunia sempat diperiksa darahnya dan ternyata positif terserang penyakit malaria," kata Reynold.

Sementara itu PT Phapros Tbk selaku satu-satunya produsen obat primaquine di Indonesia yang berkantor pusat di Semarang menyebut pasokan bahan baku obat malaria dari China dan India ke Indonesia terhambat akibat adanya pandemi COVID-19.

“Terkait pemberitaan tentang primaquine yang disebutkan mengalami kekosongan stok di Mimika, kami ingin menyampaikan beberapa hal. Pertama, menekankan bahwa pandemi COVID-19 saat ini telah melanda di seluruh belahan bumi. Dan harus diakui pandemi ini telah memporak-porandakan tatanan kehidupan manusia yang ada selama ini. Semua industri pasti terkena dampak termasuk sektor farmasi/obat-obatan," sebut Zahmilia Akbar selaku Coorporate Secretary PT Phapros Tbk.

sumber : antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement